Intermittent fasting merupakan suatu pola makan dengan sedikit intake kalori atau tidak mengonsumsi makanan sama sekali dalam periode waktu tertentu dengan jadwal teratur. Intermittent fasting berfokus pada kapan Anda makan dan kapan harus berhenti makan bukan pada makanan apa yang harus dikurangi atau dikonsumsi. Penerapan intermittent fasting hampir sama dengan puasa pada bulan Ramadan, yaitu berpuasa selama kurang lebih 12 jam. Intermittent fasting mempunyai beberapa manfaat, diantaranya dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh, menurunkan kolesterol, menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan menurunkan tekanan darah.
Intermittent fasting tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui, anak-anak dan remaja dibawah usia 18 tahun, orang beresiko hipoglikemia, diabetes atau orang dengan penyakit kronis tertentu karena adanya efek samping yang berbeda-beda untuk setiap orang. Perlu adanya konsultasi dengan dokter apabila mengalami efek seperti sakit kepala, mual atau gejala lain setelah mencoba intermittent fasting. Untuk yang ingin memulai intermittent fasting, berikut terdapat beberapa macam metode yang dapat dilakukan, diantaranya:
- The 5:2 Diet
Metode ini dilakukan dalam dua hari per minggu dengan cara membatasi jumlah konsumsi satu kali porsi makan atau sekitar 500-600 kalori. Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan berserat tinggi dan berprotein tinggi untuk menjaga kalori tetap rendah saat berpuasa. Selama lima hari dalam seminggu lainnya dapat makan secara normal. Contohnya, jika memilih untuk makan secara normal setiap hari dalam seminggu kecuali hari Minggu dan Senin.
- The 16/8 method
Anda dapat mengonsumsi makanan selama 8 jam dan puasa selama 16 jam. Contoh: Anda boleh makan dari 10 pagi sampai 6 sore, lalu dilanjutkan berpuasa hingga 16 jam ke depan. Beberapa orang merasa mudah untuk bertahan dengan metodde ini dalam jangka panjang.
- Eat-Stop-Eat
Metode ini dilakukan dalam sekali atau dua kali seminggu dengan berpuasa selama 24 jam penuh. Anda bisa berpuasa dari waktu sarapan hingga sarapan berikutnya, kemudian dilanjutkan dengan setelah satu hari tidak berpuasa. Dengan metode ini, efek samping yang ditimbulkan bisa ekstrim, seperti kelelahan, sakit kepala, dan lapar.
Daftar Pustaka:
- Cleveland Clinic (2022). Intermittent Fasting: How It Works and 4 Types Explained. [Online] Available at: https://health.clevelandclinic.org/ [Accessed 6 April 2022]
- Dong, T. A., Sandesara, P. B., Dhindsa, D. S., Mehta, A., Arneson, L. C., Dollar, A. L., … & Sperling, L. S. (2020). Intermittent fasting: a heart healthy dietary pattern?. The American journal of medicine, 133(8), 901-907.
- Johns Hopkins Medicine (2022). Intermittent Fasting: What is it, and how does it woork? [Online] Available at: https://www.hopkinsmedicine.org/ [Accessed 6 April 2022]
- Mohamed, A.I., Abdi, A.M. and Abdilahi, M.M. (2020). Ramadan Intermittent Fasting and Its Beneficial Effects of Health: A Review Article. Central African Journal of Public Health, 6(5), 288-292.