• UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
    • Kalender Kegiatan
    • Kegiatan Terdekat
    • Berita
    • Konten Edukasi
    • Magang
    • Laporan Tahunan
  • Tentang PKGM
    • Profil
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Peneliti
    • Kontak Kami
  • Kegiatan
    • Penelitian
    • Pengabdian Masyarakat
    • Pelatihan
    • Publikasi
  • Pengalaman Kerjasama
    • Perusahaan
    • Pemerintah
  • LUARAN KEGIATAN
    • Buku dan Modul
    • Video
    • POLICY BRIEF
    • ARTIKEL JURNAL
  • Beranda
  • Konten Edukasi
Arsip:

Konten Edukasi

Obesitas Perlu Dicegah Pada Pekerja, Bagaimana Strateginya?

Konten Edukasi Selasa, 3 Juni 2025

Obesitas telah menjadi salah satu masalah kesehatan global yang terus meningkat di berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dalam kelompok dewasa, prevalensi obesitas sangat tinggi, terutama di kalangan pekerja. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hingga tahun 2021, menunjukkan bahwa individu yang bekerja sebagai PNS, TNI, Polri, atau karyawan BUMN/BUMD memiliki prevalensi obesitas mencapai 33,7%. Pada tahun 2023, prevalensi obesitas nasional pada penduduk di atas 18 tahun meningkat dari 21.8% pada tahun 2018 menjadi 23.4%. Tiga provinsi dengan angka obesitas tertinggi adalah DKI Jakarta (31.8%), Papua (31.3%), dan Sulawesi (30.6%).

Obesitas memberikan dampak negatif pada empat aspek kehidupan, yaitu fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Secara fisik, obesitas meningkatkan risiko penyakit kronis seperti kanker, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Secara psikologis, kondisi seseorang dengan obesitass dapat memicu kecemasan, depresi, keputusasaan, serta menurunkan rasa percaya diri. Dalam aspek sosial, obesitas sering kali menyebabkan stigma, diskriminasi, hingga pengucilan dari kelompok masyarakat. Dampak spiritual juga tidak kalah serius, karena perasaan putus asa akibat obesitas dapat meningkatkan risiko perilaku melukai diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

Obesitas di kalangan pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

1.Kurangnya Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang rendah merupakan salah satu penyebab utama obesitas. Pekerja kantoran sering kali menghabiskan waktu berjam-jam dalam posisi duduk, yang mengurangi pengeluaran energi harian. Studi Annarullah (2021) menunjukkan bahwa pekerja kantor lebih sering melakukan aktivitas statis, seperti duduk di depan komputer dalam waktu lama. Sebaliknya, pekerja yang berjalan kaki lebih dari 15 menit atau menggunakan sepeda untuk ke kantor memiliki risiko obesitas yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang menggunakan kendaraan bermotor.Menurut kemenkes, orang dewasa disarankan melakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit per minggu atau sekitar 30 menit per hari secara rutin. Jika tujuan utamanya adalah menurunkan berat badan, aktivitas fisik harus dilakukan dengan intensitas lebih tinggi dan frekuensi lebih sering.

2.Pola Makan yang Tidak Sehat

Pola makan dengan konsumsi tinggi kalori, lemak, dan gula menjadi faktor signifikan dalam obesitas. Penelitian Rosmiati (2023) mengungkap bahwa pekerja yang mengadopsi pola makan ala barat, yang kaya akan makanan olahan, cepat saji, serta minuman manis, memiliki risiko obesitas lebih tinggi. Sebaliknya, pola makan yang kaya buah dan sayur dapat menurunkan risiko obesitas. Selain itu, jajanan berminyak, makanan berkalori tinggi, serta konsumsi teh atau kopi manis selama jam kerja juga turut menyumbang peningkatan berat badan jika dikonsumsi secara berlebihan.

3.Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dengan aktivitas fisik rendah, seperti pekerjaan kantoran, cenderung meningkatkan risiko obesitas. Penelitian Apir (2024) di salah satu perusahaan di Indonesia mencatat bahwa 18,9% pekerja berisiko obesitas, dengan 37% menderita obesitas tingkat 1 dan 9,2% obesitas tingkat 2. Hal serupa ditemukan oleh Hulsegge (2021), yang menyatakan bahwa pekerja dengan shift kerja lebih rentan mengalami obesitas. Faktor seperti waktu tidur yang kurang, kebiasaan merokok, serta pola makan yang buruk berkontribusi pada kondisi ini.

Terdapat berbagai macam faktor lainnya penyebabnya terjadinya obesitas pada para pekerja seperti stress, kurangnya waktu tidur, status perkawaninan, keturunan, dan lain sebagainya. Namun, faktor utama penyebab terjadinya peningkatkan berat badan pada para pekerja adalah karena kurangnya aktivitas fisik serta konsumsi makanan yang kurang bervariasi atau cenderung tinggi kalori, lemak dan gula dan pola makan yang salah.

Petaruran Pemerintah Nomor 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja menekankan bahwa pentingnya dilakukan promosi kesehatan di tempat kerja untuk mencegah dan mengendalikan penyakit termasuk obesitas. Penerapan program kesehatan kerja yang efektif dapat membantu untuk menurunkan prevalensi obesitas di tempat kerja.

Pencegahan obesitas di tempat kerja dapat dilakukan melalui pendekatan holistik seperti memberikan edukasi tentang makanan sehat dan pentingnya gizi seimbang, menyediakan fasilitas olahraga ataupun program yang dapat diikuti oleh pekerja di tempat kerja, rutin untuk mengadakan dan melaksanakan kegiatan cek kesehatan di tempat kerja, serta adanya kebijakan atau program pengelolaan stress. Pengelolaan stress sangat penting untuk dilakukan karena stress yang berkepanjangan dapat memicu perilaku pekerja untuk makan secara berlebihan sebagai bentuk pelarian, yang pada akhirnya dapat meningkatkan berat badan.

 

Referensi::

1. Annurullah, Gifta Aliga, et al. 2021. Faktor Risiko Obesitas Pada Pekerja Kantoran: A Systematic Review. Jurnal Kesehatan Tambusai, Volume 2, Nomor 2.

2. Damayanti, Ratih, et al. 2024. Determinant Factors of Knowledge about Obesity among Workers in the Chemical Industry in Surabaya City, East Java Province. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Volume 12, 87 – 95.

3. Rahmi, N, et al. 2020. Faktor Dominan Kejadian Obesitas pada Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Agama Pusat Tahun 2018.

4. Rosmiati, Risti, et al. 2023. Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Obesitas pada Pekerja Urban di Indonesia. Amerta Nutrition, Vo 7. 164 – 17

5. Hulsegge, G, et al. 2021. The Mediating Role of Lifestyle in the Relationship Between Shift Work, Obesity, and Diabetes. International Archives of Occupational and Enviromental Health. Springer Berlin Heidelberg.

6. Apir dan Defilia Anogra Riani. 2024. Gambaran Kejadian Obesitas pada Karyawan di PT. Putra Perkasa Abadi Site PT. SKS Tumbang Kajuei-Kabupaten Gunung Mas-Kalimantan Tengah. Inovasi Kesehatan Global. Volume 1 No.2

7. Nusasenjaya, Radite. 2024. Perspekstif Kesehatan Kerja Pada Pekerja Obesitas Terhadap Pengaruh Produkstivitas Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Seroja Husada. 1(2): 202 – 206

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Jakarta : Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan; 2023.

 

 

Kontributor : Ulfi Rahma Yunita, S.Gz, M.Gizi

Zat Gizi untuk Kulit Sehat: Tips Mencegah Penuaan Dini Secara Alami

Konten Edukasi Jumat, 25 April 2025

Tahukah kamu bahwa kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia? Selain berfungsi sebagai pelindung dari lingkungan luar, kulit juga menjadi cerminan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kulit yang sehat dan cerah sering kali menandakan bahwa tubuh juga berada dalam kondisi yang baik. Namun, menjaga kesehatan kulit bukanlah tugas yang mudah. Banyak faktor yang memengaruhinya, baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik).

Faktor ekstrinsik meliputi paparan radiasi ultraviolet, inframerah, polusi udara, kebiasaan diet, lama waktu tidur, olahraga, hingga paparan bahan karsinogenik di lingkungan. Sementara itu, faktor intrinsik mencakup genetik, metabolisme sel, dan perubahan hormonal. Dari semua faktor tersebut, pola makan dan asupan gizi memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan kulit sekaligus mencegah penuaan dini.

Untuk menjaga kulit tetap sehat dan awet muda, terdapat dua pendekatan utama yang sering digunakan yaitu, asupan zat gizi melalui makanan dan penggunaan zat aktif dalam produk skincare. Kedua metode ini memiliki tujuan serupa, yakni meningkatkan kesehatan kulit, namun cara kerjanya berbeda.

Zat gizi dari makanan diserap terlebih dahulu, kemudian diserap oleh usus, masuk ke dalam aliran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk ke jaringan kulit. Proses ini memungkinkan zat – zat seperti vitamin, mineral, dan antioksidan bekerja dari dalam untuk mendukung struktur kulit, memperbaiki kerusakan sel dan memperkuat sistem imun. Sebagai contoh, vitamin C yang dikonsumsi melalui makanan dapat memperbaiki kerusakan kulit akibat paparan sinar UV dan stres oksidatif, sekaligus merangsang produksi kolagen yang penting untuk kekencangan kulit.

Berbeda dengan makanan, zat aktif dalam produk skincare bekerja secara lokal. Zat ini diserap oleh lapisan epidermis kulit, namun tidak masuk ke sirkulasi darah. Skincare difokuskan untuk memperbaiki tampilan kulit secara langsung, misalnya mengurangi hiperpigmentasi dan flek hitam, menyamarkan kerutan dan garis halus serta mengatasi jerawat. Misalnya kandungan vitamin C pada skincare berfungsi untuk melindungi kulit dari efek buruk paparan sinar matahari serta mencerahkan kulit.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa zat gizi tertentu dapat mendukung kesehatan kulit dan memperlambat proses penuaan. Berikut adalah beberapa zat gizi penting yang memiliki manfaat besar bagi kulit:

1.Vitamin

  • Vitamin C

Merupakan salah satu antioksidan kuat yang berperan penting dalam sintesis kolagen. Penelitian oleh Pullar et al (2017) menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C yang cukup dapat meningkatkan hidrasi kulit dan mengurangi kerutan. Sumber vitamin C antara lain jeruk, kiwi, paprika merah dan brokoli.

  • Vitamin E

Vitamin E membantu melindungi kulit dari stress oksidatif akibat paparan sinar ultraviolet (UV) dan polusi. Makanan yang kaya vitamin E meliputi kacang – kacangan, biji-bijian dan sayuran hijau.

  • Vitamin A

Dalam bentuk retinoid dan beta karoten, vitamin A mendukung regenerasi sel kulit dan mencegah kekeringan. Studi oleh Zasada (2019) menunjukkan bahwa retinoid efektif untuk mengurangi tanda – tanda penuaan pada kulit seperti garis halus dan kerutan. Sumber vitamin A dapat ditemukan dalam wortel, ubi jalar maupun produk susu.

  • Vitamin B kompleks

Vitamin B kompleks berperan dalam mengurangi inflamasi kulit dan pigmentasi. Contoh makanan yang mengandung vitamin B seperti telur, daging, kacang – kacangan serta susu maupun produk olahannya.

2.Mineral

  • Zinc

Zinc memiliki sifat antiinflamasi dan membantu penyembuhan luka serta mengurangi jerawat.  Penelitian oleh Aryal (2021) menunjukkan bahwa zinc dapat mengurangi peradangan pada kulit seperti dermatitis atopok. Beberapa makanan yang mengandung zinc antara lain tiram, kacang – kacangan dan biji labu.

  • Selenium

Selenium melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV dan stres oksidatif. Penelitian Aryal (2021) juga menyebutkan bahwa selenium dapat memperlambat penuaan kulit dengan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan. Selenium dapat ditemukan pada ikan, kacang-kacangan, susu, dan telur.

  • Tembaga (Copper)

Merupakan komponen enzim superoxide dismutase (SOD) yang membantu untuk melawan radikal bebas serta mencegah stress oksidatif pada kulit . Tembaga juga mendukung fungsi keratinosit yang merupakan sel utama pada epidermis yang berperan untuk melindungi kulit dari infeksi dan cedera. Sumber tembaga meliputi biji – bijian, kacang – kacangan dan hati.

3.Asam lemak omega 3

Asam lemak omega 3 yang terdapat pada ikan yang berlemak seperti salmon, kembung, tunachiaseed, flaxseed dan lain – lain memiliki sifat antiinflamasi serta menjaga kelembapan kulit. Selain itu, omega 3 juga dapat membuat kulit terasa lebih halus dan kenyal.

4.Protein dan Kolagen

Kolagen merupakan protein utama yang memberikan kekuatan dan elastisitas pada kulit. Produksi kolagen dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga dapat menyebabkan kulit menjadi kendur dan muncul kerutan. Penelitian Proksch (2014) menunjukkan bahwa suplemen kolagen dapat meningkatkan elastisitas dan hidrasi kulit. Sumber protein yang berkualitas meliputi daging tanpa lemak, tahu, telur, susu dan kacang – kacangan.

5. Antioksidan lainnya

Flavonoid yang terdapat pada teh hijau, cokelat hitam, serta buah ceri dapat membantu untuk melindungi kulit dari radikal bebas. Selain itu, Koenzim Q10 yang ada pada daging, ikan, sayuran maupun biji – bijian, juga memainkan peran penting dalam meningkatkan energi seluler dan mengurangi kerutan pada kulit.

Selain asupan zay gizi yang tepat, gaya hidup yang sehat juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan kulit. Pastika untuk :

  • Minum cukup air putih setiap hari untuk menjaga hidrasi kulit
  • Batasi konsumsi gula dan makanan olahan yang dapat merusak kolagen dan elastin
  • Olahraga secara teratur untuk meningkatkan sirkulasi darah
  • Kelola stress dengan baik, karena stress dapat mempercepat penuaan kulit
  • Tidur yang cukup untuk mendukung regerenerasi kulit secara optimal

Menjaga kesehatan kulit tidak hanya persoalan perawatan dari luar, tapi juga adanua dukungan zat gizi yang tepat dari dalam. Kombinasi antara konsumsi zat gizi yang tepat serta gaya hidup yang sehat dapat menjaga kesehatan kulit dengan baik. Ingatlah bahwa kulit yang sehat mencerminkan tubuh yang sehat.

 

Referensi :

  1. Aryal E, Bhattarai E dan Bhattarai S. 2021. Zinc Therapy in Dermatology : A Review and Update. Nepal Journal of Dermatology, Venerology dan Leprology. Vol 19 No. 1
  2. Kripa Ahuja dan Peter Lio. 2023. The Role of Trace Elements in Dermatology : A Systemtic Review. 2023
  3. Paravinta, Mirjana. 2018. The Role of Diet in Maintaning Healthy Skin. Journal of Dermatology and Cosmetology, Volume 2 Issue 6.
  4. Pullar, J. M, et al. 2017. The Roles of Vitamin C in Skin Health. Nutrients, 9(8), 866.
  5. Sawada, Yu, et al. 2021. Omega 3 Fatty Acid and Skin Diseases. Front.Immunol. 11:623052
  6. Zasada, Malwina dan Elzbieta Budzsz. 2019. Retionoids: Active Molecules Influencing Skin Structure Formation in Consmetic and Dermatological Treatments. Advances in Dermatology and Allergology 4, August. 2019
  7. Zhang, S. et al. 2020. Coenzyme Q10 and Skin Aging. Dermatology Research and Practice. 2020, 8903276

 

Kontributor : Ulfi Rahma Yunita, S.Gz, M.Gizi

Pentingnya Sarapan dalam Pengendalian Berat Badan dan Pencegahan Obesitas

Konten Edukasi Jumat, 11 April 2025

Prevalensi obesitas pada anak-anak dan remaja meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dalam Global Strategy on Diet, jumlah kasus obesitas global pada individu di bawah usia 18 tahun melonjak dari 11 juta menjadi 124 juta dalam tiga dekade terakhir. Survei kesehatan di Amerika Serikat juga mengungkapkan bahwa individu yang tidak sarapan memiliki risiko obesitas lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang rutin sarapan. Penelitian lain menunjukkan bahwa kebiasaan melewatkan sarapan berkaitan dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan risiko obesitas.

Sarapan didefinisikan sebagai makanan pertama yang dikonsumsi setelah bangun tidur, biasanya sebelum pukul 10 pagi, dan menyumbang sekitar 20–35% dari kebutuhan energi harian. Selain memberikan energi untuk memulai hari, sarapan berperan penting dalam pengendalian berat badan dan pencegahan obesitas. Melewatkan sarapan dapat menyebabkan rasa lapar yang berlebihan, mendorong konsumsi makanan tinggi kalori pada siang dan malam hari, yangf pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan lemak tubuh.

Penelitian oleh Akhulaifi (2022) mengungkapkan bahwa melewatkan sarapan memengaruhi hormon insulin, meningkatkan risiko resistensi insulin, dan memicu kenaikan berat badan. Mekanismenya terjadi melalui konsumsi protein dan energi yang berlebihan pada waktu siang dan malam hari. Konsumsi ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat, yang merangsang produksi insulin untuk memindahkan glukosa ke dalam sel. Ketika kapasitas penyimpanan pada sel penuh, kelebihan glukosa diubah menjadi lemak melalui proses lipogenesis. Insulin juga menghambat enzim lipase yang berfungsi memecah lemak, sehingga lemak semakin banyak tertimbun di dalam tubuh. Jika kondisi ini berlangsung terus-menerus, berat badan akan meningkat.

Studi lain juga menunjukkan hubungan antara sarapan dan risiko obesitas. Individu yang rutin sarapan memiliki IMT yang lebih rendah dibandingkan mereka yang sering melewatkan sarapan. Anak perempuan, khususnya, lebih rentan terhadap obesitas akibat tekanan budaya yang mendorong mereka melewatkan sarapan demi menjaga tubuh tetap ramping, yang sering dianggap sebagai standar kecantikan. Studi oleh Annisa dan Setiarini (2022) menemukan bahwa individu yang sarapan lebih dari empat hari per minggu memiliki risiko obesitas lebih rendah dibandingkan mereka yang sarapan kurang dari empat hari per minggu. Selain itu, sebuah studi meta-analisis oleh Julia (2021) menunjukkan bahwa melewatkan sarapan tiga kali atau lebih dalam seminggu dapat meningkatkan risiko obesitas sebesar 11%.

Keberagaman makanan dalam sarapan juga memainkan peran penting dalam pengendalian berat badan. Sarapan yang kaya serat, protein, dan lemak sehat membantu meningkatkan rasa kenyang lebih lama dan mengurangi keinginan untuk ngemil. Penelitian oleh Barragan (2023) menunjukkan bahwa sarapan dengan variasi tinggi, seperti sumber protein, karbohidrat kompleks, dan serat, memberikan manfaat lebih besar dalam mengendalikan berat badan dibandingkan dengan sarapan yang kurang beragam.

Selain memiliki peran dalam pengendalian berat badan, sarapan juga mendukung aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Tubuh memerlukan energi untuk memulai aktivitas harian, dan sarapan menyediakan sumber energi tersebut. Sebuah studi menunjukkan bahwa individu yang aktif secara fisik dan rutin sarapan memiliki risiko obesitas lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak aktif dan sering melewatkan sarapan. Sebaliknya, melewatkan sarapan dapat menyebabkan gejala seperti pusing, lemas, dan penurunan konsentrasi akibat kadar glukosa darah yang rendah, yang dapat menghambat produktivitas sepanjang hari.

Mengingat pentingnya sarapan, langkah-langkah sederhana dapat dilakukan untuk membiasakan diri dengan kebiasaan ini. Pilihlah makanan sarapan yang kaya serat, tinggi protein, dan rendah lemak, seperti oatmeal, telur, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Hindari sarapan tinggi gula dan lemak jenuh yang dapat memicu lonjakan kadar glukosa darah. Selain itu, biasakan untuk sarapan secara teratur minimal empat kali per minggu, dan kombinasikan dengan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Dengan memahami pentingnya sarapan dalam pengendalian berat badan dan pencegahan obesitas, kita dapat mengambil langkah nyata untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat. Sarapan tidak hanya memberikan energi untuk memulai hari tetapi juga berkontribusi pada kesehatan jangka panjang dengan mengurangi risiko obesitas dan penyakit terkait lainnya.

 

 

Referensi :

  1. Ma, X, et al. 2020. Skipping Breakfast is Associated with Overweight and Obesity: A Systematic Review and Meta-analysis. Obesity Research and Clinical Practice. https://doi.org/10.1016/j.orcp.2019.12.002
  2. Arum, Ristanti Sekar dan Sri Sumarmi. 2024. Literatur Review: Hubungan Melewatkan Sarapan dengan Overweight/Obesitas. Media Gizi Kesmas. Vol 13, No 1, Juni 2024: 495-503
  3. Annisa, F dan Setiarini, T. 2022. Dampak Kebiasaan Sarapan terhadap Gizi Lebih. Jurnal Kesehatan Saintikan Meditory, Vol, 7 Nomor 1
  4. Wicherski, Julia, Sabrina Schlesinger, dan Florian Fischer. 2021. Association between Breakfast Skipping and Body Weight- A Systematic Review and Meta-Analysis of Observational Longitudinal Studies. Nutrients, 13, 272.
  5. Halawa, D, Sudargo, T dan Siswati, T. 2022. Makan Pagi, Aktivitas Fisik, dan Makan Malam Berhubungan dengan Status Gizi Remaja di Kota Yogyakarta. Journal of Nutrition College, Volume 11, No 2
  6. Ogata H, Hatamoto Y, Goto Y, Tajiri E, Yoshimura E, Kiyono K, Uehara Y, Kawanaka K, Omi N, Tanaka H. Association between breakfast skipping and postprandial hyperglycaemia after lunch in healthy young individuals. Br J Nutr. 2019;122(4):431-440. https://doi.org/10.1017/S0007114519001235
  7. Alkhulaifi, Fatema, dan Charles Darkoh. 2022. Meal Timing, Meal Frequency and Metabolic Syndrome. Nutrients, 14, 1719.

 

Kontributor : Ulfi Rahma Yunita, S.Gz, M.Gizi

Benarkah Memanaskan Santan Berulang Kali Berbahaya? Simak Temuan Penelitiannya Terkini

Konten Edukasi Kamis, 6 Februari 2025

Makanan bersantan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari banyak masakan tradisional, terutama di negara-negara Asia Tenggara. Santan, yang diperoleh dari perasan daging kelapa, memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi, sekitar 90–92%. Namun, kandungan asam lemak jenuh pada santan sangat berbeda dengan asam lemak jenuh produk hewani dan susu.

Asam lemak pada produk hewani merupakan asam lemak jenuh rantai panjang (long-chain fatty acid) yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sebaliknya, asam lemak pada santan terdiri dari asam lemak jenuh rantai sedang (medium-chain fatty acid), yang lebih mudah diserap dan diolah oleh tubuh. Namun, makanan bersantan sering kali dipanaskan berulang kali, baik saat proses memasak maupun saat akan disajikan kembali. Hal ini memunculkan kekhawatiran terkait potensi bahaya atau efek kesehatan yang mungkin timbul, terutama pada kandungan gizi dan pembentukan senyawa berbahaya.

Asam lemak jenuh rantai sedang pada santan diabsorpsi di usus dengan cepat tanpa menggunakan enzim lipase dari pankreas. Salah satu jenis asam lemak jenuh pada santan adalah asam laurat, yang diketahui dapat meningkatkan kadar High-Density Lipoprotein (HDL) sekaligus menurunkan kadar Low-Density Lipoprotein (LDL). Oleh karena itu, santan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kadar HDL dalam tubuh.

Namun, ketika santan dipanaskan berulang kali, terjadi oksidasi lemak, yang mengubah sebagian asam laurat menjadi asam lemak bebas. Proses oksidasi ini menghasilkan radikal bebas dan senyawa berbahaya yang dapat merusak sel-sel tubuh serta meningkatkan risiko penyakit jantung. Senyawa berbahaya seperti aldehida dan keton dapat terbentuk, yang diketahui memiliki efek merugikan pada kesehatan, termasuk risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Penelitian oleh Hartatai (2018) menunjukkan bahwa makanan tradisional khas Palembang yang menggunakan santan, seperti Laksan, mengalami perubahan signifikan pada asam lemak bebas, protein, dan karbohidrat selama proses pemanasan. Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan, kandungan protein dalam santan berkurang, sedangkan kadar asam lemak bebas meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan ulang tidak hanya memengaruhi rasa dan tekstur makanan, tetapi juga kualitas kandungan gizinya.

Studi oleh Kusumawati (2019) menyebutkan bahwa pemanasan dan pendinginan santan menghasilkan pati tahan cerna (resistant starch), yaitu pati yang tidak dapat dicerna tubuh. Pati ini akan difermentasi oleh bakteri di sekum, menghasilkan gas dan asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acid). Salah satu produk fermentasi ini, propionat, diketahui dapat menghambat enzim HMG-CoA reduktase, yang berperan dalam sintesis kolesterol. Meskipun ini bisa menjadi efek positif, pengurangan kualitas protein dan pembentukan senyawa oksidasi tetap menjadi perhatian ketika mengonsumsi santan yang telah dipanaskan secara berulang.

Sampai saat ini, penelitian terkait pengaruh santan terhadap kadar kolesterol tubuh masih terbatas. Studi oleh Shafira (2021) menunjukkan bahwa pemberian santan, baik yang dipanaskan berulang kali maupun tidak, tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar kolesterol darah pada mencit jantan. Namun, penelitian ini juga mencatat adanya peningkatan kadar kolesterol yang mungkin dipengaruhi oleh faktor usia dan kurangnya aktivitas fisik. Penelitian pada manusia diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas untuk melihat efek secara langsung pada kolesterol darah. Beberapa ahli menyarankan bahwa, konsumsi santan yang dipanaskan berulang kali sebaiknya dibatasi, terutama bagi individu yang memiliki risiko penyakit kardiovaskular.

Walaupun dampak pemanasan ulang santan terhadap kesehatan belum dapat dipastikan sepenuhnya, proses ini diketahui dapat mengurangi kandungan gizi seperti protein dan meningkatkan kadar asam lemak bebas. Proses oksidasi lemak juga menghasilkan senyawa berbahaya yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk, membatasi pemanasan ulang makanan bersantan, memilih metode memasak yang lebih sehat untuk menjaga kualitas gizi makanan, mengonsumsi santan dalam jumlah moderat sebagai bagian dari pola makan seimbang serta menyimpan makanan bersantan dengan cara yang tepat untuk meminimalkan kebutuhan pemanasan ulang.

Referensi :

  1. Ahotupa, Makku. 2024. Lipid Oxidation Products and The Risk of Cardiovascular Diseases: Role of Lipoprotein Transport. Antioxidants, 13, 512.
  2. Hartati, Yuli, et al. Effect of Temperature and Heating on Chemical and Proximate Characteristics of Laksan Sauce as a Palembang Traditional Food. Pakistan Journal of Nutrition
  3. Shafira, Ghinada Rasfuy. 2021. Pengaruh Pemberian Santan yang Dipanaskan Secara Berulang Terhadap Kadar Kolesterol Darah Mencit Jantan. Skripsi, Universitas Jember. Jawa Timur.
  4. Kusumawati,et al. Protensi Tepung Pisang Uter (Musa Acuminata) Sebagai Pangan Fungsional untuk Menurunkan Kolesterol. Buletin Penelitian Kesehatan. 47(4) : 275 – 282.

 

Kontributor : Ulfi Rahma Yunita, S.Gz, M.Gizi

Waspada Virus hMPV? Optimalkan Imunitas dengan Strategi Gizi ini!

Konten Edukasi Jumat, 10 Januari 2025

Human Metapneumovirus (hMPV) adalah salah satu virus pernapasan utama yang berkontribusi terhadap kematian bayi di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Meskipun tidak berbahaya, virus ini rentan menyerang anak kecil, lansia, dan orang dengan imunitas lemah. Telah ditemukan sejak tahun 2001, hingga saat ini belum ada vaksin atau terapi khusus untuk hMPV. Sehingga strategi alternatif, seperti intervensi gizi, sangat penting untuk mengelola dan mengurangi dampak virus ini.

Berikut ini adalah strategi gizi yang dapat diterapkan untuk menghadapi ancaman hMPV

1.Antioksidan pada Makanan

Quercetin dan Resveratrol adalah antioksidan yang menunjukkan potensi dalam mengurangi kerusakan oksidatif, pelepasan zat pemicu peradangan, dan replikasi virus pada sel epitel saluran napas yang terinfeksi hMPV. Quercetin bisa didapatkan dari bawang bombay, teh hijau, kale, asparagus, paprika hijau, tomat, atau selada merah. Sedangkan resveratrol dapat ditemukan pada kacang tanah, pistachio, anggur berwarna merah, blueberry, kakao, hingga coklat hitam (dark chocolate).

2.Asupan Mikronutrien

a. Seng dan selenium

Seng dan selenium sangat penting dalam menunjang fungsi kekebalan tubuh dan telah menunjukkan efek menguntungkan pada infeksi saluran pernapasan akibat virus. Pada anak-anak dengan hMPV memiliki kadar seng lebih rendah sehingga dukungan suplementasi dapat membantu dalam mengelola infeksi.

Perbanyak konsumsi makanan sumber seng dan selenium dari bahan makanan seperti seafood, daging merah, daging unggas, kacang-kacangan maupun biji-bijian.

b. Vitamin A dan E

Vitamin-vitamin ini sangat penting untuk menjaga homeostasis imunitas tubuh. Anak-anak dengan hMPV menunjukkan profil vitamin A dan E yang berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang mengalami infeksi pernapasan lainnya. 

Makanan tinggi vitamin A dapat diperoleh dari hati sapi, ubi kuning, bayam, labu kuning, dan wortel. Sedangkan makanan sumber vitamin E banyak ditemukan pada biji dan kacang-kacangan seperti biji bunga matahari, almond, hingga kacang tanah. 

3.Pangan Fungsional

Pangan fungsional seperti probiotik dapat meningkatkan kekebalan usus dan paru-paru, yang berpotensi mengurangi keparahan dan durasi infeksi pernapasan. Konsumsi probiotik dalam makanan dapat membantu mengelola hMPV dengan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Probiotik dapat didapatkan dari suplemen maupun makanan seperti tempe, yoghurt, hingga kimchi. Makanan yang kaya akan senyawa bioaktif, seperti madu dan buah beri, juga bersifat antivirus dan dapat mendukung sistem kekebalan tubuh. 

 

 

Referensi:

Al-Sonboli, N., Al-Aghbari, N., Al-Aryani, A., Atef, Z., Brabin, B., Shenkin, A., Roberts, E., Harper, G., Hart, C. A., & Cuevas, L. E. (2009). Micronutrient concentrations in respiratory syncytial virus and human metapneumovirus in yemeni children. Annals of Tropical Paediatrics, 29(1), 35–40. https://doi.org/10.1179/146532809X402015

Antunes, A. E. C., Vinderola, G., Xavier-Santos, D., & Sivieri, K. (2020). Potential contribution of beneficial microbes to face the COVID-19 pandemic. Food Research International, 136. https://doi.org/10.1016/j.foodres.2020.109577

Jayawardena, R., Sooriyaarachchi, P., Chourdakis, M., Jeewandara, C., & Ranasinghe, P. (2020). Enhancing immunity in viral infections, with special emphasis on COVID-19: A review. Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews, 14(4), 367–382. https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.04.015

Komaravelli, N., Kelley, J. P., Garofalo, M. P., Wu, H., Casola, A., & Kolli, D. (2015). Role of dietary antioxidants in human metapneumovirus infection. Virus Research, 200(C), 19–23. https://doi.org/10.1016/j.virusres.2015.01.018

Sepúlveda-Alfaro, J., Catalán, E. A., Vallejos, O. P., Ramos-Tapia, I., Madrid-Muñoz, C., Mendoza-León, M. J., Suazo, I. D., Rivera-Asin, E., Silva, P. H., Alvarez-Mardones, O., Kalergis, A. M., & Melo-Gonzalez, F. (2024). Human metapneumovirus respiratory infection affects both innate and adaptive intestinal immunity. Frontiers in Immunology, 15. https://doi.org/10.3389/fimmu.2024.1330209

Singh, S., Kola, P., Kaur, D., Singla, G., Mishra, V., Panesar, P. S., Mallikarjunan, K., & Krishania, M. (2021). Therapeutic Potential of Nutraceuticals and Dietary Supplements in the Prevention of Viral Diseases: A Review. Frontiers in Nutrition, 8. https://doi.org/10.3389/fnut.2021.679312

Williams, J., & Shafagati, N. (2018). Human metapneumovirus – what we know now. F1000Research, 7. https://doi.org/10.12688/f1000research.12625.1

Manfaat Cuka Apel bagi Kesehatan: Dari Penurunan Berat Badan Hingga Pencegahan Penyakit Jantung

Konten Edukasi Selasa, 31 Desember 2024

Cuka telah lama digunakan selama bertahun – tahun untuk keperluan rumah tangga dan kuliner. Secara tradisional, cuka juga dipercaya memiliki manfaat untuk kesehatan. Cuka dapat berasal dari berbagai sumber karbohidrat seperti tebu, apel, beras, anggur, kurma, plum, kelapa dan jus buah lainnya.

Cuka Apel (Apple Cider Vinegar) adalah salah satu jenis cuka yang paling umum digunakan, yang dibuat melalui fermentasi apel dan banyak dimanfaatkan sebagai penambah rasa dan pengawet makanan di seluruh dunia. Cuka apel mengandung beragam flavonoid seperti asam galat, katekin, asam kafeat, dan asam ferulat. Penelitian yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa cuka apel memiliki berbagai macam khasiat seperti antioksidan, antiinflamasi, antidiabetik, antihipertensi, dan antihiperlipidemia. Berikut beberapa penjelasan singkat manfaat konsumsi cuka apel bagi kesehatan.

1. Membantu Mengendalikan Gula Darah

Dalam sebuah studi menunjukkan bahwa asam asetat yang ada pada cuka apel dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan respons gula darah setelah makan. Dalam sebuah penelitian Gheflati (2019) menemukan bahwa konsumsi cuka apel selama beberapa minggu dapat menurunkan secara signifikan gula darah puasa dan HbA1c dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengkonsumsi cuka apel. Asam asetat yang terkandung dalam cuka memiliki efek untuk memperlambat pengosongan lambung, yang berkontribusi untuk mengatur kadar gula darah setelah makan. Selain itu, asam asetat juga bisa memperlambat pencernaan pati, sehingga gula darah naik lebih lambat.

2.Mendukung Terjadinya Penurunan Berat Badan

Sebuah studi Fitriyani (2022)  menyebutkan bahwa salah satu manfaat mengkonsumsi cuka apel adalah membantu untuk menurunkan berat badan. Asam asetat pada cuka apel berperan dalam penurunan berat badan dengan cara meningkatkan rasa kenyang. Hal ini terjadi karena asam asetat memperlambat pengosongan lambung, mengurangi keinginan untuk makan dengan mengubah persepsi rasa, dan mempengaruhi otak, khususnya pada bagian yang mengatur nafsu makan, melalui peningkatan ekspresi mRNA pro – opiomelanocortin di hipotalamus. Selain itu, senyawa lain dalam cuka apel, seperti asam galat yang meningkatkan sensitivitas insulin dan penggunaan energi tanpa mempengaruhi asupan makanan, serta asam kafeat yang dapat membantu menekan enzim lipogenik dan mengurangi penumpukan lemak di hati.

Penelitian oleh Hadi (2020) juga mendapatkan hasil bahwa dengan menambahkan konsumsi cuka apel pada saat menjalani diet rendah kalori dapat memberikan efek yang lebih signifikan dalam proses pengurangan lemak tubuh hingga pada akhirnya terjadi penurunan berat badan dibandingkan dengan seseorang yang menjalani diet rendah kalori saja. Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa tambahan konsumsi cuka apel dapat mendukung program penurunan berat badan dengan cara yang cukup aman dan alami.

3.Berpotensi untuk Melindungi Kesehatan Jantung dan Menurunkan Kadar Kolesterol

Cuka apel diketahui pula memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan kardiovaskular (jantung). Menurut sebuah studi, konsumsi cuka apel berpotensi untuk menurunkan tekanan darah melalui mekanisme vasodilatasi, yaitu pelebaran pembuluh darah. Selain itu, kandungan antioksidan seperti asam galat dan katekin pada cuka apel, dapat membantu melawan stres oksidatif, yang merupakan penyebab utama dalam kerusakan pembuluh darah dan aterosklerosis.

Selain itu, penelitian oleh Jafarirad (2023) menemukan bahwa dengan mengonsumsi 30 ml cuka apel setiap hari selama delapan minggu dapat membantu memperbaiki kadar gula darah, profil lemak, dan tekanan darah sistolik pada orang dewasa dengan diabetes tipe 2. Konsumsi cuka apel sebagai makanan fungsional bersamaan dengan obat – obatan dapat mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes.

4.Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

Asam asetat pada cuka apel dapat membantu meningkatkan keasaman lambung yang penting dalam proses pencernaan makanan. Sebuah studi menemukan bahwa cuka apel dapat meningkatkan produksi enzim pencernaan yang membantu untuk pemecahan zat gizi dalam tubuh. Selain itu, pada cuka apel terdapat kandungan probiotik yang membantu meningkatkan kesehatan mikrobiota usus yang penting untuk kesehatan pencernaan. Penelitian oleh Yagnik (2018), mengungkapkan bahwa cuka apel memiliki efek antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan, seperti Escherichia coli dan Salmonella.  Sehingga cuka apel dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif yang secara alami dapat mendukung kesehatan saluran pencernaan dan mencegah infeksi bakteri.

Meskipun cuka apel memiliki banyak manfaat kesehatan, tetap harus bijak dan ada batasan untuk mengkonsumsinya. Konsumsi cuka apel yang berlebih dalam menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, erosi enamel gigi, menimbulkan gejala pusing, dan dapat mempengaruhi kadar kalium dalam tubuh. Sehingga, mengkonsumsi cuka sebaiknya dilakukan dalam bentuk encer, seperti mencampurkan 1 sampai 2 sendok teh cuka apel yang dilarutkan dalam 250 ml air. Seseorang yang memiliki riwayat penyakit GERD disarakan untuk mengonsumsi cuka apel sebanyak 1 sdt yang dilarutkan dalam 500 ml air. Namun, jika memiliki penyakit GERD yang cukup parah, maka tidak disarankan untuk mengonsumsi cuka apel atau lebih baik konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter maupun ahli gizi. Jika tidak memiliki riwayat kesehatan apapun termasuk tidak pusing ketika konsumsi cuka apel, maka takaran cuka apel dapat ditambah hingga 1 – 2 sendok makan dan dilarutkan dalam segelas air.

 

Referensi :

  1. Gheflati, Alireza, et al. 2019. The Effect of Apple Vinegar Consumption on Glycemic Indices, Blood Pressure, Oxidative Stress, and Homocysteine in Patients With Type 2 Diabetes and Dyslipidemia : A Randomized Controlled Clinical Trial. Clinical Nutrition ESPEN, 33, 132 – 138
  2. Fitriyani dan Kurniasari. 2022. Apple Cider Vinegar Induced Weight Loss ini Obese Rats. Jurnal Biomediak dan Kesehatan, Vol.5 No. 2
  3. Jafarirad, Sima, et al. 2023. The Improvement Effect of Apple Cider Vinegar as Functional Food on Anthropometric Indices, Blood Glucose, and Lipid Profile in Diabetic Patients: A Randomized Controlled Clinical Trial. Frontiers in Clinical Diabetes and Healthcare.
  4. Johsnton, Carol S, et al. 2021. Daily Vinegar Ingestion Improves Depression Scores and Alters the Metabolome in Healthy Adults: A Randomized Controlled Trial. Nutrients, 13, 4020

 

 

Kontributor Artikel: Ulfi Rahma Yunita, S.Gizi, M.Gizi

Ketahui Manfaat Astaxanthin Bagi Kesehatan Kardiovaskular

Konten Edukasi Jumat, 22 November 2024

Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas baik di negara maju maupun negara berkembang. Kardiovaskular merupakan suatu sistem di dalam tubuh yang berperan penting dalam memastikan pasokan oksigen dan darah yang cukup ke seluruh sel dan jaringan agar dapat berfungsi secara optimal. Gangguan pada sistem kardiovaskular akan berdampak pada keseluruhan fungsi tubuh.

Penyakit kardiovaskular (cardiovascular disease/CVD) disebabkan oleh berbagai gangguan dalam tubuh, seperti terjadinya penumpukan jaringan lemak di area perut, tekanan darah tinggi, kelainan lipid (dislipidemia), dan gangguan toleransi glukosa (diabetes). Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung.

Perkembangan penyakit kardiovaskular sering dikaitkan dengan pola makan yang kurang sehat, seperti konsumsi makanan yang tinggi natrium, makanan olahan (Ultraprocessed Food), gula serta lemak jenuh dan lemak trans. Pola ini biasanya disertai dengan rendahnya asupan buah dan sayur, konsumsi alkohol, stress, merokok serta kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, radikal bebas dan stres oksidatif juga memainkan peran penting dalam patogenesis berbagai kondisi penyakit jantung, seperti cedera iskemia reperfusi, gagal jantung kongestif, penyakit arteri koroner dan hipertensi.

Berbagai metode pengobatan untuk menangani masalah kardiovaskular terus berkembang, salah satunya adalah dengan memanfaatkan senyawa bioaktif yang berasal dari tumbuhan, seperti antioksidan, flavonoid, dan polifenol. Senyawa – senyawa bioaktif tersebut berpotensi untuk melindungi kesehatan jantung dengan mengurangi peradangan, menurunkan stress oksidatif, dan mendukung fungsi pembuluh darah. Salah satu antioksidan yang dapat dimanfaatkan adalah astaxanthin.

Astaxanthin, merupakan karotenoid alami yang ditemukan dalam mikroalga Haematococcus pluvialis dan telah diakui sebagai salah satu antioksidan yang memiliki manfaat bagi kesehatan kardiovaskular. Dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa sifat antioksidan dan antiinflamasi astaxanthin memiliki peran penting dalam mencegah berbagai penyakit kardiovaskular, termasuk aterosklerosis, hipertensi dan penyakit jantung koroner. Selain dari mikroalga, astaxanthin dapat pula ditemukan pada hewan akuatik seperti ikan salmon, ikan air tawar, udang, kepiting, maupun lobster. Berikut penjelasan singkat mengenai manfaat astaxanthin untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular :

1.Memberikan perlindungan terhadap stress oksidatif

Stress oksidatif merupakan salah satu faktor utama perkembangnya penyakit kardiovaskular yang disebabkan karena adanya radikal bebas dalam tubuh. Terjadinya proses oksidasi dapat menyebabkan kerusakan sel endotel dalam pembuluh darah yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan jantung. Dalam sebuah penelitian oleh Visioli (2017) menunjukkan bahwa astaxanthin memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dan efektif dibandingkan vitamin C dan E, sehingga dapat mengurangi terjadinya oksidasi lipid dalam plasma darah yang berkontribusi pada pencegahan pembentukan plak aterosklerotik. Astaxanthin bekerja dengan menurunkan kadar LDL teroksidasi, sehingga memperlambat pembentukan plak pada dinding arteri yang dapat menyumbat aliran darah.

2. Memiliki Sifat Anti-Inflamasi

Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa astaxanthin mampu mengurangi aktivitas inflamasi pada level molekuler, yang berpotensi menurunkan risiko terjadinya aterosklerosis, hipertensi, dan komplikasi kardiovaskular lainnya.

Studi klinis juga menunjukkan bahwa suplementasi astaxanthin dapat memperbaiki fungsi endotelial, yaitu lapisan pembuluh darah yang penting untuk menjaga fleksibilitas dan respons pembuluh darah terhadap perubahan tekanan darah. Fungsi endotel yang baik membantu menjaga tekanan darah stabil, yang merupakan salah satu aspek utama dalam pencegahan hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa astaxanthin berpotensi mengurangi risiko hipertensi dengan cara memperbaiki respons pembuluh darah​

3. Mengatur profil lipid

Selain efeknya terhadap stres oksidatif dan peradangan, astaxanthin juga dapat mempengaruhi profil lipid seseorang, yang merupakan faktor risiko penting dalam penyakit jantung. Dalam suatu studi menunjukkan bahwa astaxanthin dapat menurunkan trigliserida serum dan meningkatkan kadar HDL pada pasien dengan resiko tinggi penyakit kardiovaskular.

4. Mendukung Kesehatan Mitokondria di Jantung

Mitokondria adalah pusat produksi energi sel dan sangat penting untuk fungsi jantung. Energi dibutuhkan oleh jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Stres oksidatif dapat merusak mitokondria, yang kemudian mengganggu fungsi otot jantung dan menyebabkan berbagai gangguan kardiovaskular.

Penelitian oleh Krestinina et al. (2020) menunjukkan bahwa suplementasi astaxanthin dapat meningkatkan kinerja mitokondria di jantung, yang memungkinkan jantung memompa lebih efisien dan mengurangi risiko kelelahan otot jantung serta insufisiensi jantung. Dengan memperbaiki fungsi mitokondria, astaxanthin dapat membantu mencegah berbagai masalah jantung yang disebabkan oleh penurunan kapasitas energi​.

 5.Membantu Mengatur Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko utama pada penyakit kardiovaskular. Penelitian menunjukkan bahwa astaxanthin memiliki efek positif pada tekanan darah melalui efek relaksasi pembuluh darah. Sebuah studi pada hewan menunjukkan bahwa astaxanthin dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan mengurangi ketegangan di arteri serta meningkatkan elastisitas pembuluh darah. Efek ini penting dalam mencegah hipertensi dan menjaga kesehatan jantung dalam jangka panjang.

 

Referensi :

  1. Visioli, Francesco dan Christian Artaria. 2017. Astaxanthin in Cardiovascular Health and Disease : Mechanisms of Action, Therapeutic Merits, and Knowledge Gaps. Food Function, 2017, 8, 39 – 63
  2. Chang, Ming Xian dan Fan Xiong. 2020. Astaxanthin and Its Effect in Inflammatory Respnses and Inflammation – Associated Diseases : Recent Advances and Future Directions. Molecules, 25, 5342
  3. Pereira, Carolina Parga, et al. 2021. Antioxidant and Anti – Inflammatory Mechanisms of Action of Astaxanthin in Cardiovascular (Review). International Journal of Molecular Mediciner, 47 : 37 – 48
  4. Laja, Rana Salsabil Putri. 2021. Astaxanthin untuk Kesehatan Kardiovaskular. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. Volume 3 No 2, Hal 243 – 252
  5. Krestinina, Olga, et al. 2020. Astaxanthin Prevents Mitochondrial Impairment Induced by Isoproterenol in Isolated Rat Heart Mitochondria. MDPI, 9. 262
  6. Ruiz, Jose Monroy, et al. 2011. Astaxanthin Enriched Diet reduces Blood Pressure and Improves Cardiovascular Parameters in Spontaneously Hypertensive Rats. Pharmacological Research, 63, 44 – 50

 

Kontributor Artikel: Ulfi Rahma Yunita, S.Gizi, M.Gizi

 

Bagaimana Peran Sinbiotik dalam Pengaturan Nafsu Makan?

Konten Edukasi Jumat, 8 November 2024

Salah satu topik yang semakin banyak diteliti karena memiliki manfaat yang cukup besar bagi kesehatan, terutama pencernaan dan nafsu makan yaitu kombinasi antara probiotik dan prebiotik yang biasa disebut dengan Sinbiotik. Kombinasi probiotik dan prebiotik yang bekerja secara sinergis dapat meningkatkan kesehatan mikrobiota usus. Probiotik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium sering digunakan dalam sinbiotik untuk meningkatkan kesehatan pencernaan, sementara prebiotik seperti inulin atau fruktooligosakarida (FOS) membantu memfasilitasi pertumbuhan dan aktivitas probiotik di usus.

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa konsumsi sinbiotik tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan pencernaan, tetapi juga berpotensi mempengaruhi mekanisme biologis yang terlibat dalam pengaturan nafsu makan terutama menurunkan nafsu makan. Berikut beberapa manfaat mengonsumsi sinbiotik dalam menurunkan nafsu makan:

1. Meningkatkan Hormon “Rasa Kenyang” (Hormon Leptin)

Hormon leptin memiliki tugas memberikan sinyal kepada otak untuk mengurangi rasa lapar. Prebiotik dalam sinbiotik dapat difermentasi oleh bakteri probiotik di usus besar menjadi asam lemak rantai pendek atau Short Chain Fatty Acids (SCFA) seperti asetat, propionate, dan butirat. SCFA berperan penting dalam meningkatkan sekresi hormon yang berkaitan dengan rasa kenyang, seperti peptida YY (PYY) dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1). Hormon tersebut memberikan sinyal kepada otak untuk mengurangi rasa lapar dan memperpanjang perasaan kenyang setelah makan. Dalam sebuah studi oleh Chambers et al. (2015), ditemukan bahwa propionat, yang dihasilkan melalui fermentasi prebiotik, mampu merangsang pelepasan GLP-1 dan PYY, yang keduanya dikenal sebagai hormon penekan nafsu makan. Efek ini membantu menurunkan asupan kalori dan berpotensi mendukung penurunan berat badan

2. Mengurangi Kadar Hormon Ghrelin

Selain dapat meningkatkan hormon kenyang, sinbiotik juga dapat mempengaruhi kadar hormon ghrelin atau disebut dengan “hormon lapar” karena perannya dalam merangsang nafsu makan. Beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi sinbiotik dapat membantu menekan kadar ghrelin, sehingga mengurangi perasaan lapar dan keinginan untuk makan. Dalam sebuah penelitian oleh Noormohammadi (2023) menemukan bahwa konsumsi sinbiotik berbasis Bifidobacterium dan inulin secara signifikan dapat menurunkan kadar ghrelin pada subjek yang mengalami obesitas, yang pada akhirnya memberikan kontribusi untuk mengurangi asupan makan dan mengontrol nafsu makan menjadi lebih baik.

3. Memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus

Keseimbangan mikrobiota usus berperan penting untuk mengatur metabolisme energi dan nafsu makan. Adanya ketidakseimbangan mikrobiota usus dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan resiko obesitas dan resistensi terhadap sinyal rasa kenyang. Sinbiotik dapat memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus dengan cara meningkatkan populasi bakteri baik, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pengaturan nafsu makan. Sebuah studi oleh Lauw (2023) juga menunjukkan bahwa suplementasi sinbiotik pada individu dengan obesitas dapat memperbaiki profil mikrobiota usus, meningkatkan produksi SCFA, dan mengatur pengeluaran hormon terutama hormon nafsu makan.

4. Memperlambat pengosongan lambung

Prebiotik yang tidak dapat dicerna di saluran cerna bagian atas, dapat  memperpanjang rasa kenyang setelah makan. Sehingga dapat memperlambat waktu pengosongan lambung. Hal ini dapat menurunkan frekuensi makan dan asupan kalori serta membantu untuk mengontrol berat badan. Selain memiliki peran yang telah dijelaskan diatas, sinbiotik juga memiliki peranan positif untuk mengobati beberapa penyakit seperti dermatitis atopik, gangguan pada saluran cerna (gastrointestinal disorder), diabetes, ensefalopati hepatik, sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrom),  metabolic disorders, dan menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

 

 

Jika anda mempunyai tujuan untuk menurunkan berat badan, maka tidak hanya sekedar mengatur pola makan dan  teknik memasaknya. Namun, perlu juga untuk menambahkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Salah satunya dengan menambahkan prebiotik,  probiotik, atau gabungan keduanya (sinbiotik) dalam makanan yang kita konsumsi sehari – hari. Salah satu contoh makanan sinbiotik yang dapat dikonsumsi seperti  salad buah sebagai sumber serat yang ditambah dengan yoghurt sebagai sumber probiotik atau  mengkonsumsi makanan fermentasi lokal seperti tempe sebagai sumber probiotik alami dengan tambahan sayuran. Kombinasi makanan tersebut dapat kita konsumsi sehari – hari dan menambah asupan sinbiotik dalam tubuh serta dapat memberikan efek positif bagi pencernaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

 

Referensi:

  1. Chambers, E. S., et al. (2019). Postprandial gastrointestinal hormone responses and appetite regulation in humans following inulin-propionate ester ingestion. The American Journal of Clinical Nutrition, 110(4), 883-891.
  2. Chamber, E.S et al. (2015). Effect of Targeted Delivery of Propionate to The Human Colon on Appetite Regulation, Body Weight Maintenance and Adiposity in Overweight Adults. Gut Microbiota; 64:1744 – 1754
  3. Lauw, Susana, et al (2023). Effect of Synbiotic Supplementation on Metabolic Syndrome Traits and Gut Microbial Profile Among Overweight and Obese Hongkong Chinese Individuals: A Randomized Trial. Nutrients, 15, 4248
  4. Haliman, Chika Dewi dan Silvia Alfinnia. 2021. Gut Microbiota, Prebiotics, Probiotics, and Synbiotics in Management of Obesity. Media Gizi Kesmas, Vol. 10. No.1 Juni 2021: Hal. 149 – 156
  5. Jiang, Haoran, et al. 2022. Synbiotics and Gut Microbiota: New Perspective in The Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Foods, 11, 2438
  6. Noormohammadi, Morvarid, et al. 2023. The effect of Probiotic and Synbiotic Supplementation on Appetite Regulating Hormones and Desire to Eat : A Systematic Review and Meta Analysis of Clinical Trials. Phamacological Research, 187

 

Kontributor Artikel: Ulfi Rahma Yunita, S.Gizi, M.Gizi

Manfaat Diversifikasi Pangan Lokal Terhadap Kesehatan

Konten Edukasi Kamis, 17 Oktober 2024

Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting, karena dimanapun manusia berada, pasti membutuhkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat ini, kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia masih cukup rendah, kurang beragam, serta masih didominasi dengan pangan sumber karbohidrat terutama berasal dan gandum. Padahal, pangan lokal di Indonesia cukup beragam, dan memiliki kandungan gizi yang tidak kalah penting dengan beras maupun gandum.

Menurut Undang – undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012, pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Umumnya, pangan lokal diproduksi, diolah, dan dikonsumsi oleh masyarakat setempat, serta memiliki keunikan tersendiri yang dipengaruhi oleh kondisi geografis, iklim, dan tradisi kuliner daerah tersebut. Pemenuhan pangan pokok tidak hanya dipenuhi dari beras, sehingga perlu diversifikasi pangan yang telah dituangkan dalam Perpres No 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

Diversifikasi pangan lokal telah menjadi isu penting dalam upaya mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Di banyak negara, termasuk Indonesia, pola makan sering kali didominasi oleh beberapa bahan pokok seperti beras atau gandum, yang menyebabkan ketergantungan tinggi terhadap satu jenis pangan. Diversifikasi pangan adalah upaya untuk memperluas spektrum sumber makanan dengan memanfaatkan berbagai jenis bahan pangan lokal yang ada di suatu daerah.

Indonesia memiliki sagu, jagung, singkong, dan ubi jalar yang merupakan sumber pangan lokal yang melimpah. Namun kurang dimanfaatkan dan kurang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dibandingkan beras. Padahal jika dilihat dan diteliti lebih lanjut berbagai macam pangan lokal mulai dari umbi – umbian, buah – buahan, sayuran, kacang – kacangan, dan biji – bijian memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas diet masyarakat.

Diversifikasi pangan lokal tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan pangan, namun juga dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan, seperti meningkatkan asupan zat gizi dalam tubuh serta mencegah terjadinya penyakit dalam tubuh. Berikut pembahasan singkat berbagai manfaat dari diversifikasi pangan lokal terhadap kesehatan

  1. Meningkatkan asupan zat gizi dalam tubuh

Pangan lokal lebih kaya akan kandungan gizinya karena belum mengalami proses pengolahan yang dapat mengurangi kandungan gizinya. Misalnya, umbi-umbian lokal seperti ubi jalar dan singkong kaya akan karbohidrat kompleks dan serat, sebagai sumber energi dan kesehatan pencernaan. Buah-buahan lokal seperti mangga, pisang, dan pepaya, menyediakan vitamin dan mineral penting seperti vitamin C, kalium, serta serat pangan. Demikian juga, kacang-kacangan lokal seperti kacang tanah dan kedelai kaya akan protein nabati, yang berfungsi sebagai sumber protein alternatif selain daging.

Dalam banyak kasus, masyarakat di pedesaan yang mengonsumsi makanan lokal lebih beragam cenderung memiliki pola makan yang lebih seimbang. Data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) 2021 menyebutkan bahwa jenis makanan padi – padian, umbi berpati serta sayur dan buah berturut – turut 4.7%, 31.1% dan 2.1% lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yang lebih banyak konsumsi protein hewani, protein nabati, lemak serta minuman.

Dalam Penelitian juga menunjukkan bahwa,  konsumsi beragam pangan lokal dapat membantu mencegah kekurangan mikronutrien yang sering terjadi pada masyarakat yang mengandalkan satu jenis makanan pokok, seperti nasi. Kekurangan mikronutrien ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius, seperti anemia, rabun senja, serta osteoporosis.

  1. Pangan Lokal Membantu Mencegah Penyakit Tidak Menular

Diversifikasi pangan lokal juga dapat berperan penting dalam pencegahan penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Pola makan yang tinggi serat dari pangan lokal seperti jagung, kacang-kacangan, dan sayuran, dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan mencegah obesitas, yang merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2.

Dalam sebuah penelitian (Sihite, 2023) mengungkapkan bahwa, makanan lokal seperti ubi jalar, kaya akan beta-karoten dan antioksidan dapat membantu mengurangi risiko kanker serta penyakit tidak menular lainnya seperti hipertensi, darah tinggi dan obesitas. Selain itu ubi jalar ungu mengandung antosianin yang berfungsi untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya penuaan dini, penyakit kanker, serta membantu mengontrol kadar gula dalam darah. Kemudian, buah – buahan tropis seperti manggis dan rambutan mengandung polifenol dan antioksidan yang membantu melawan peradangan dan mencegah kerusakan sel yang dapat memicu perkembangan kanker .

  1. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

Pangan lokal yang kaya serat, seperti singkong, jagung, serta sayuran hijau lokal, berperan penting dalam menjaga kesehatan pencernaan. Serat pangan membantu memfasilitasi pergerakan usus yang sehat, mencegah sembelit, dan mendukung pertumbuhan mikrobiota usus yang sehat. Mikrobiota usus yang seimbang sangat penting untuk menjaga kekebalan tubuh serta mengurangi resiko peradangan kronis yang dapat menyebabkan penyakit seperti kanker usus besar. Selain itu, serat pangan juga dapat membantu memperlambat penyerapan gula dalam darah, yang penting bagi penderita diabetes dalam mengontrol kadar gula darahnya.

  1. Ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan

Selain memiliki manfaat untuk kesehatan, diversifikasi pangan lokal juga berperan dalam ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Pangan lokal sering kali lebih mudah diakses, lebih terjangkau, dan lebih sesuai dengan kondisi ekosistem setempat, sehingga tidak membutuhkan input pertanian yang tinggi seperti pupuk kimia atau pestisida. Kemudian, dengan memanfaatkan pangan lokal, masyarakat dapat meningkatkan ketahanan pangan mereka, terutama di masa krisis atau bencana alam ketika pasokan makanan dari luar daerah mungkin terganggu.

Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mencoba memulai mengkonsumsi dan memanfaatkan pangan lokal Indonesia sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara umum.

Referensi :

  1. (2013). Guidelines for Measuring Household and Individual Dietary Diversity. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations
  2. Sri Widowati dan Rizki Amalia Nurfitriani. 2023. Diversifikasi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Budaya. Penerbit BRIN, 2023 : Jakarta
  3. Diya Salsabila, Lilik Hidayanti, Yana Listyawardhani. 2023. Pola Makan dan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. Jurnal Riset Gizi. Vol. 11 No 2 2023
  4. Micha, R., Peñalvo, J. L., Cudhea, F., Imamura, F., Rehm, C. D., & Mozaffarian, D. 2017. Association Between Dietary Factors and Mortality From Heart Disease, Stroke, and Type 2 Diabetes in the United States. JAMA, 317(9), 912–924..
  5. Rinninella, E., Raoul, P., Cintoni, M., et al. 2019. What is the Healthy Gut Microbiota Composition? Microorganisms, 7(1), 14
  6. Sihite, Nathasa Weisdania dan Mina Sonita Hutasoit. 2023. Potensi Bahan Pangan Lokal Indonesia Sebagai Pangan Fungsional dan Manfaatnya Bagi Kesehatan: A Review. Jurnal Riset Gizi, Vol. 11 No.2

 

Kontributor Artikel: Ulfi Rahma Yunita, S.Gizi, M.Gizi

Pedoman Gizi Seimbang atau Menu 4 Sehat 5 Sempurna?

Konten Edukasi Jumat, 4 Oktober 2024

Sebelumnya kita mengenal menu 4 Sehat 5 Sempurna yang sudah digaungkan sejak tahun 1952 oleh Prof. Poerwo Soedarmo ‘Bapak Gizi Indonesia’. Menu ini terinspirasi dari Basic Four di Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan pada era 1940an. Menu 4 Sehat 5 Sempurna sudah mendarah daging dibenak orang Indonesia, bahkan hingga saat ini masih banyak orang secara spontan menyatakan menu makan bergizi adalah 4 Sehat 5 Sempurna. Menu ini mengingatkan pada makanan yang mempunyai kandungan gizi lengkap yaitu berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Jenis makanan dalam menu ini diantaranya: makanan pokok, aneka lauk pauk, sayur, buah, dan susu.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapai membuat menu 4 Sehat 5 Sempurna sudah tidak sesuai dengan perkembangan gizi saat ini. Kementerian Kesehatan Indonesia mengembangkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada tahun 1995 dan direvisi pembaruannya tahun 2014 sebagai konsep menu pangan sehat baru di Indonesia. PGS sendiri diambil dari prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan Konferensi Pangan Dunia Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma, Italia tahun 1992 yang diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia sendiri menggunakan dua panduan pangan yaitu : Pertama, A rounded pyramid-like shape (Tumpeng Gizi Seimbang) yang mewakili prinsip gizi seimbang. Konsep awal The Food Guide Pyramid yang diperkenalkan oleh United States Department of Agriculture (USDA) pada tahun 1992. PGS secara resmi diterima masyarakat Indonesia pada tahun 2009 sesuai dengan UU Kesehatan No.36 Tahun 2009, yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi dan disempurnakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kedua, A plate guide (Piring Makanku, Porsi Sekali Makan) atau lebih familiar ‘Isi Pringku’ yang menggambarkan proporsi kelompok makanan yang disarankan untuk dikonsumsi dalam setiap kali makan.

Sejarah mencatat pada tahun 1995, Menu 4 Sehat 5 Sempurna yang mempunyai 13 pedoman umum gizi seimbang (PUGS) secara rinci menyebutkan bahwa: makan beraneka ragam makanan; makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi; makan makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi; membatasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi; menggunakan garam beryodium; makan makanan sumber zat besi; memberikan ASI saja kepada bayi sampai umur enam bulan; membiasakan sarapan pagi; minum air bersih, aman yang cukup jumlahnya; melakukan kegiatan fisik, olah raga secara teratur; menghindari minum minuman beralkohol; makan makanan yang aman bagi kesehatan; membaca label pada makanan yang dikemas. Sembilan tahun kemudian pada tahun 2014, 13 pesan tersebut direvisi kembali menjadi 10 pesan dasar gizi seimbang (PSG) secara rinci adalah sebagai berikut: mensyukuri dan menikmati anekaragam makanan; banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan; membiasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi; membiasakan mengkonsumsi anekaragam makanan pokok; membatasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak; membiasakan sarapan; membiasakan minum air putih yang cukup dan aman; membiasakan membaca label pada kemasan pangan; mencuci tangan memakai sabun dengan air bersih mengalir; dan melakukan aktivitas fisik yang cukup dan mempertahankan berat badan normal.

Perbedaan mendasar antara menu 4 Sehat 5 Sempurna dengan pedoman gizi seimbang adalah konsumsi makanan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Penting untuk menerapkan PSG karena dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menyatakan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit kronis yang menyebabkan kematian atau pembiayaan kesehatan terbesar diantaranya berupa asma, kanker secara umum, diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan penyakit ginjal kronis. Banyak faktor risiko penyebab terjadinya PTM salah satunya konsumsi pangan masyarakat di Indonesia masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang. Data SKI 2023 menunjukkan bahwa 96,7% kurang mengkonsumsi buah dan sayur; 37,0% kurang melakukan aktivitas fisik; 22,46% prevalensi jumlah perokok yang mengkonsumsi rokok setiap hari; 23,4% obesitas dewasa dan 36,8% obesitas sentral.

WHO mengaris bawahi pentingnya menerapkan pola makan yang sehat untuk membantu melindungi dari segala bentuk malnutrisi, serta PTM termasuk diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker. Pola makan yang tidak sehat dan kurang aktivitas fisik menyebabkan risiko kesehatan global. Asupan energi (kalori) harus seimbang dengan pengeluaran energi. Untuk menghindari penambahan berat badan yang tidak sehat, total lemak tidak boleh melebihi 30% dari total asupan energi.

Sudah sepantasnya pemerintah Indonesia harus lebih gencar lagi melakukan kampanye sosialisasi, komunikasi, dan edukasi terkait pola makan pedoman gizi seimbang bagi masyarakat agar lebih memahami bahwa menu gizi 4 sehat 5 sempurna sudah tidak sesuai dengan perkembangan gizi saat ini dan sudah beralih ke pedoman gizi seimbang. Perlu ditekankan juga pentingnya peran aktif pemangku kepentingan kesehatan yang lain termasuk instansi di bidang Pendidikan, Kebudayaan, Agama, BKKBN, Pertanian, Dalam Negeri, Perindustrian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, serta Sektor Swasta dan Masyarakat. Apa bila masyarakat sudah mamahani dan dapat menerapkan pedoman gizi seimbang maka niscahya beban ganda masalah gizi di Indonesia dapat terpecahkan dan harapan Indonesia Emas di 2045 dapat tercapai.

 

Kontributor Artikel: Ronny Soviandhi, S.Si., MPH

 

Sumber :

Fadli, Rizal, Kenali Apa Saja Makanan 4 Sehat 5 Sempurna dan Manfaatnya, Halodoc.com, 2023. https://www.halodoc.com/artikel/kenali-apa-saja-makanan-4-sehat-5-sempurna-dan manfaatnya srsltid=AfmBOor3b_aZG9X1ZjvnAa0JsVS3adcoODSLpOPluONW9YwTRUMocToU

Food and Agriculture Organization of the United Nations, Food-Based Dietary Guidelines-Indonesia, 2024. https://www.fao.org/nutrition/education/food- dietary-guidelines/regions/countries/indonesia/en/

Hapsari, Pramesthi W, Khusun, H, Februhartanty, J, Pesan Gizi Seimbang Pada Buku Ajar, Sebuah Upaya Promosi Gizi dan Kesehatan, Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Center for Food and Nutriotion (SEAMEO RECFON), Pusat Kajian Gizi Regional (PKGR), Universitas Indonesia, 2018. https://www.seameo-recfon.org/wp- content/uploads/2020/11/Pesan-Gizi-Seimbang-pada-Buku-Ajar_Publish- Web-1.pdf

Jacqueline B. Marcus, Chapter 1 – Nutrition Basics: What Is Inside Food, How It Functions and Healthy Guidelines: The Nutrients in Foods and Beverages in Healthy Cooking and Baking, Culinary Nutrition,Academic Press, 2013, Pages 1-50, ISBN 9780123918826, https://doi.org/10.1016/B978-0-12- 391882-6.00001-7.

Kementerian Kesehatan, Inilah Perbedaan “4 Sehat 5 Sempurna” Dengan “Gizi Seimbang”, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2016. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis- media/20160505/5214922/inilah-perbedaan-4-sehat-5-sempurna-dengan- gizi-seimbang/

Kementerian Kesehatan, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Dalam Angka, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, 2023. https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/ski-2023-dalam-angka/

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang. http://kesmas.kemkes.go.id/perpu/konten/permenkes/pmk-no.-41-ttg-pedoman-gizi-seimbang

World Health Organization, Healthy Diet, Key Fact, 2020. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/healthy-diet

123

Berita Terkini

  • Daftar Sekarang! SPORTIFITNESS 10: Short Course & Workshop Sport and Wellness Nutrition Gizi Olahraga Prestasi Level 1 (Basic)
    09/09/2025
  • Peneliti PKGM UGM Angkat Isu Pangan Berkelanjutan di Forum Gizi Dunia
    03/09/2025
  • Siswa SMPIT LHI Banguntapan Dilatih Jadi Content Creator Muda
    26/08/2025
Universitas Gadjah Mada

Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM)
(Center for Health and Human Nutrition/CH2N)

Gd Litbang FK-KMK Lt.3, Jalan Medika No.1, Sendowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Telp./Faks. (0274) 547775
Email: ch2n.fk@ugm.ac.id

© PKGM-FKKMK UGM 2021

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY