Masyarakat masa kini sangat akrab dan tidak dapat dipisahkan dengan pemanfaatan perkembangan teknologi khususnya dalam bidang kesehatan. Pemanfaatan teknologi dalam bidang kesehatan telah banyak digunakan dalam berbagai aspek seperti komunikasi, edukasi, serta manajemen kesehatan dan olahraga. Dalam bidang gizi dan kesehatan, pemanfaatan teknologi juga sudah banyak digunakan untuk manajemen diet, database kandungan gizi pangan, dan pengukuran antropometri. Pemanfaatan teknologi dalam bidang gizi kini telah memasuki “Genomic Era” yang berkaitan dengan pengembangan nutrigenetik. Nutrigenetik merupakan ilmu yang mempelajari interaksi dan hubungan antara pengaruh genetik dan asupan gizi pada individu tertentu secara spesifik. Hubungan antara gen dan asupan gizi individu secara spesifik sendiri dikenal dengan istilah personalized nutrition. Istilah ini telah mematahkan konsep pendekatan lama, yaitu “one size fit all” yang berarti kebutuhan gizi disamarakatan untuk semua orang.
Edukasi
Sugar-sweetened beverages (SSB) adalah jenis minuman yang ditambahkan pemanis seperti brown sugar, corn sweetener, corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, high-fructose corn syrup, madu, laktosa, sirup malt, serta sukrosa (1,6). Contoh SSB yang sering dijumpai di pasaran adalah soda, jus kemasan, sport drinks, minuman berenergi, kopi kemasan, serta teh kemasan dengan tambahan gula (1). Jenis-jenis minuman tersebut biasanya berkalori tinggi tetapi tidak akan membuat kita kenyang seperti saat mengonsumsi makanan padat. Terdapat penelitian di Indonesia yang melihat kandungan gula pada 91 sampel produk minuman kemasan dari sebuah minimarket (2). Rata-rata kandungan gula pada produk SSB adalah 22.8 g per takaran saji atau 86.3 g/1000 mL. Kontribusi gula dalam total energi produk paling tinggi ditemukan pada sport drinks (93.33%).
Kasus COVID-19 varian Omicron saat ini masih menjadi kasus utama di Indonesia. Pada 19 Febuari 2022 dinyatakan bahwa kasus harian hingga mencapai 59.384, yang mana lebih tinggi dibanding puncak kasus harian Delta tahun lalu sebesar 56.757. Akan tetapi, Kementerian Kesehatan menyatakan adanya penurunan kasus konfirmasi harian berkurang hingga 10.900 pada 20 Februari 2022 dari hari sebelumnya, dan kasus aktif sedikit melambat dengan penambahan 15.448 per hari. Meskipun begitu, pemerintah tetap meningkatkan upaya pencegahan pandemi COVID-19 ini dengan meningkatkan program vaksinasi dosis lengkap dan booster. Apabila masyarakat telah mendapatkan dosis kedua dalam kurun waktu minimal enam bulan, maka sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi ketiga atau booster (Kemenkes, 2022). Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksin booster dinilai lebih efektif untuk mencegah penularan COVID-19 varian Omicron saat ini dibanding varian Delta (Omer dan Malani, 2022).
Penularan kasus varian Omicron menyebabkan kasus harian COVID-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan hingga mendekati puncak kasus varian Delta pada pertengahan tahun 2021. Data penambahan harian konfirmasi positif yaitu 55.209 pada tanggal 13 Februari 2022 (Kemenkes, 2022). Menurut WHO (2022), varian Omicron memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi akan tetapi tingkat kematian lebih rendah daripada varian Delta. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi puncak kasus COVID-19 varian Omicron pada awal Maret 2022. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan langkah pencegahan dalam penularan COVID-19 dengan menjaga protokol kesehatan, melakukan vaksinasi booster, dan meningkatkan imunitas tubuh.
Tahukah Anda?
Status kesehatan ibu merupakan salah satu determinan pada kejadian stunting. Anemia pada masa kehamilan memberikan dampak signifikan terhadap status kesehatan anak dan meningkatkan resiko stunting. Oleh karena itu, upaya pencegahan anemia pada kehamilan sebaiknya dilakukan sejak dini, bahkan sebelum seseorang mengandung atau merencanakan kehamilan. Pencegahan dan penanganan anemia pada remaja berperan penting menurunkan risiko anemia pada masa kehamilan. Informasi lebih lanjut mengenai anemia defisiensi gizi dan stunting dapat dilihat melalui poster berikut:
Malnutrisi merupakan kondisi kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan energi dan/atau asupan gizi. Secara garis besar, malnutrisi terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Memantau berat badan secara rutin merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan berat badan normal dan mencegah malnutrisi.
IMT atau indeks massa tubuh merupakan salah satu indikator status gizi orang dewasa. Berdasarkan standar Asia Pasifik, IMT dikategorikan menjadi:
IMT | Kategori |
<18.5 | Berat badan kurang/ kurus |
18.5-22.9 | Normal |
23-24.9 | Berat badan lebih |
≥25 | Obesitas |
Berdasarkan WHO, obesitas merupakan kondisi akumulasi lemak berlebih yang dapat meningkatkan risiko komorbid dan meningkatkan risiko mortalitas. Kondisi komorbid dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Risiko komorbid tersebut di antaranya:
Dalam kondisi pandemi, aktivitas sosial dibatasi. Banyak orang bekerja dari rumah, sehingga aktivitas fisik sehari-hari menjadi minim. Misalnya, hanya duduk selama berjam-jam di depan komputer atau laptop. Padahal, aktivitas fisik perlu dilakukan minimal 30 menit, rutin 3-5 kali dalam seminggu (Kementerian Kesehatan, 2020).
Menurut Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat (2020) aktivitas fisik, termasuk berolahraga, berfungsi untuk:
- Mengurangi kecemasan
- Mengendalikan stres
- Mengendalikan kadar kolesterol
- Memperbaiki kelenturan sendi dan kekuatan otot
- Meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh
Kita perlu rutin melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mempertahankan berat badan ideal, dan mencegah kegemukan (Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat, 2020). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari selama pandemi, kita perlu melakukan peregangan setiap dua jam sekali selama 10-15 detik. Selain itu, kita juga perlu rutin minum air putih untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan menghindari merokok (Abdulloh, 2020)
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi seseorang, baik anak-anak maupun orang dewasa. Status gizi memiliki pengaruh terhadap system kekebalan tubuh dan proses penyembuhan. Seseorang dengan status gizi yang kurang atau bahkan buruk lebih berisiko terkena berbagai macam penyakit dan waktu penyembuhannya cenderung lebih lambat. Seseorang yang terjangkit penyakit infeksi membutuhkan lebih banyak asupan zat gizi, tetapi memiliki masalah yaitu mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dan perburukan status gizi (Putri,2015).
Mengkonsumsi makanan yang beragam sangat kita perlukan karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung zat gizi lengkap kecuali ASI. Sebagai contoh, nasi yang merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Maka dari itu mengkonsumsi makanan yang beragam merupakan hal yang mutlak kita perlukan untuk menjaga tubuh kita tetap sehat.