• UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
    • Kalender Kegiatan
    • Kegiatan Terdekat
    • Berita
    • Konten Edukasi
    • Magang
    • Laporan Tahunan
  • Tentang PKGM
    • Profil
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Peneliti
    • Kontak Kami
  • Kegiatan
    • Penelitian
    • Pengabdian Masyarakat
    • Pelatihan
    • Publikasi
  • Pengalaman Kerjasama
    • Perusahaan
    • Pemerintah
  • LUARAN KEGIATAN
    • Buku dan Modul
    • Video
    • POLICY BRIEF
    • ARTIKEL JURNAL
  • Beranda
  • Edukasi
  • hal. 2
Arsip:

Edukasi

Mengenal Personalized Nutrition: Pemanfaatan Teknologi Nutrigenetik

BeritaEdukasi Tuesday, 8 March 2022

Masyarakat masa kini sangat akrab dan tidak dapat dipisahkan dengan pemanfaatan perkembangan teknologi khususnya dalam bidang kesehatan. Pemanfaatan teknologi dalam bidang kesehatan telah banyak digunakan dalam berbagai aspek seperti komunikasi, edukasi, serta manajemen kesehatan dan olahraga. Dalam bidang gizi dan kesehatan, pemanfaatan teknologi juga sudah banyak digunakan untuk manajemen diet, database kandungan gizi pangan, dan pengukuran antropometri. Pemanfaatan teknologi dalam bidang gizi kini telah memasuki “Genomic Era” yang berkaitan dengan pengembangan nutrigenetik. Nutrigenetik merupakan ilmu yang mempelajari interaksi dan hubungan antara pengaruh genetik dan asupan gizi pada individu tertentu secara spesifik. Hubungan antara gen dan asupan gizi individu secara spesifik sendiri dikenal dengan istilah personalized nutrition. Istilah ini telah mematahkan konsep pendekatan lama, yaitu “one size fit all” yang berarti kebutuhan gizi disamarakatan untuk semua orang.

Berdasarkan konsep personalized nutrition, setiap individu memiliki keunikan gen tersendiri untuk beradaptasi dengan asupan nutrisi, lingkungan, dan risiko penyakit. Faktor genetik setiap individu juga berhubungan dengan aktivitas fisik, status kesehatan, dan kebiasaan makan. Saat ini, personalized nutrition berkembang pesat karena memiliki manfaat untuk memprediksi pencegahan penyakit tidak menular tertentu atau kekurangan gizi melalui pendekatan genetik. Personalized nutrition juga dapat berkontribusi dalam pemberian rencana diet secara berkelanjutan. Penerapan pemeriksaan genetik personalized nutrition dapat dilakukan baik pada kelompok individu rentan (seperti lansia dan ibu hamil) maupun kelompok individu sehat yang ingin melakukan pencegahan terhadap penyakit dan meningkatkan status kesehatan. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan genetik dapat berupa sampel biologis seperti darah dan saliva.

Salah satu contoh penerapan personalized nutrition yang sudah banyak diteliti adalah pada risiko obesitas. Menurut beberapa penelitian, single nucleotide polymorphism (SNPs) merupakan varian genetik yang umumnya digunakan untuk memprediksi interaksi diet yang berkaitan dengan risiko obesitas. Penelitian ini merupakan salah satu penerapan personalized nutrition untuk pencegahan penyakit tidak menular. Interaksi antara SNPs dan diet dapat dilihat pada tabel 1.

 

Tabel 1. Contoh Interaksi SNPs dan Diet

Sumber: Ramos-lopez dan Martinez (2020)

Jenis Gen Polimorfisme Allel Interaksi Diet Temuan Utama
FTO rs8050136 A Tinggi karbohidrat Meningkatkan risiko obesitas
LCT rs4988235 T Tinggi laktosa Meningkatkan risiko obesitas
PPARG rs1801282

 

G Tinggi lemak Angka IMT lebih besar
TXN rs2301241

 

T Rendah vitamin E Ukuran lingkar pinggang lebih besar
ADAM17 rs10495563

 

A Rendah n-6 PUFA Meningkatkan risiko obesitas
TNFA rs1800629

 

A Tinggi lemak Meningkatkan risiko obesitas
APOA5 rs662799

 

T Tinggi lemak Marker (penanda) lemak adiposit lebih tinggi
LEPR rs1137101

 

G Tinggi asam lemak jenuh (SFA) Meningkatkan risiko obesitas
APOB rs1469513

 

G Tinggi lemak Meningkatkan risiko obesitas
APOA2 rs5082 C Tinggi makanan olahan susu yang tinggi lemak Angka IMT lebih besar

 

Meskipun memiliki banyak manfaat, pemanfaatan teknologi nutrigenetik untuk personalized nutrition di Indonesia masih cukup terbilang mahal saat ini. Selain itu, bidang ini juga masih memerlukan banyak penelitian lanjutan dalam skala laboratorium, uji klinis, dan populasi. Namun, hal ini tidak diharapkan tidak menghalangi potensi perkembangan dan pemanfaatan perkembangan teknologi bidang gizi kesehatan dalam jangka panjang di Indonesia pada masa yang akan datang.

 

 

 

Referensi:

Aji, A. S. 2020. Personalized Functional Foods: Masa Depan Penerapan Personalized Nutrition Advice. Prosiding Seminar Nasional Online: Peran Pangan Fungsional dan Nutraseutikal dalam Meningkatkan Sistem Imun Mencegah Covid – 19, Juni 2020, Bogor, pp. 303 – 310.

Caradonna, F. et al. 2020. Science and Healthy Meals in the World: Nutritional Epigenomics and Nutrigenetics of the Mediterranean Diet. Nutrients. Multidisciplinary Digital Publishing Institute, 12(6), pp. 1–23.

Freitag L. M., H. 2021. Mengenal Konsep Personalized Nutrition [Internet]. Tersedia dalam: <https://gizigama.com/2021/12/13/mengenal-konsep-personalized-nutrition/> [Diakses 6 Maret 2022]

Jayasinghe, M. 2020. Importance of Nutrigenomics and Nutrigenetics in Food Science. MOJ Food Process Technols, 8(3), pp. 114–119.

Ordovas, J. M. et al. 2018. Personalized  Nutrition and Health. BMJ (Online). BMJ Publishing Group, 361, pp. 1–7.

Prasanti, D. dan Fuady, I. 2018. Pemanfaatan Media Komunikasi Dalam Penyebaran Informasi Kesehatan Kepada Masyarakat. Reformasi, 8(1), pp. 8–14.

Ramos-lopez, O. and Martinez, J. A. 2020. Nutrigenetic Approaches in Obesity and Weight loss in Precision Medicine for Investigators, Practitioners and Providers. Elsevier Inc., pp. 409–415.

Rankin, A. et al. 2018. Food Choice Motives, Attitude Towards and Intention to Adopt Personalized  Nutrition. Public Health Nutrition. Cambridge University Press, 21(14), pp. 2606–2616.

Sugar-Sweetened Beverages (SSB)

BeritaEdukasi Tuesday, 1 March 2022

Sugar-sweetened beverages (SSB) adalah jenis minuman yang ditambahkan pemanis seperti brown sugar, corn sweetener, corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, high-fructose corn syrup, madu, laktosa, sirup malt, serta sukrosa (1,6). Contoh SSB yang sering dijumpai di pasaran adalah soda, jus kemasan, sport drinks, minuman berenergi, kopi kemasan, serta teh kemasan dengan tambahan gula (1). Jenis-jenis minuman tersebut biasanya berkalori tinggi tetapi tidak akan membuat kita kenyang seperti saat mengonsumsi makanan padat. Terdapat penelitian di Indonesia yang melihat kandungan gula pada 91 sampel produk minuman kemasan dari sebuah minimarket (2). Rata-rata kandungan gula pada produk SSB adalah 22.8 g per takaran saji atau 86.3 g/1000 mL. Kontribusi gula dalam total energi produk paling tinggi ditemukan pada sport drinks (93.33%).

Telah banyak penelitian yang memaparkan bahwa mengonsumsi SSB secara rutin dapat meningkatkan risiko overweight/obesitas, diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati, gigi berlubang, hingga asam urat (3,4,5,7). Orang yang minum SSB secara rutin 1 sampai 2 kaleng setiap harinya 26% berisiko lebih tinggi mengalami diabetes tipe 2 daripada orang yang jarang mengonsumsi (3). Studi lain yang meneliti pada 90,000 perempuan selama hampir 20 tahun menemukan bahwa perempuan yang minum SSB lebih dari 2 takaran saji per hari berisiko 40% lebih tinggi untuk terkena serangan jantung atau meninggal karena penyakit jantung daripada orang yang jarang mengonsumsi. Selain itu, terdapat pula studi pada 33,097 orang yang secara genetik berisiko obesitas, bahwa mereka yang sering minum SSB lebih tinggi risikonya mengalami obesitas dibanding yang tidak (4). Temuan ini penting karena membuktikan walaupun secara genetik seseorang berisiko obesitas, dengan kebiasaan hidup sehat seperti menghindari minuman tinggi gula dapat menjauhkannya dari obesitas.

Secara umum, Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan konsumsi gula tidak melebihi 50 gram per hari atau sekitar 4 sendok makan. Meskipun begitu, banyak jenis makanan dan minuman di pasaran yang tinggi kandungan gula, seperti contoh minuman berkarbonasi yang kandungan gulanya mencapai 33.6 gram per takaran saji atau 67.2% batasan gula harian (2). Artinya, tinggal 32.8% gula yang boleh didapatkan dari makanan atau minuman lain. Contoh lain yaitu pada salah satu es krim kemasan, per 100 gramnya mengandung 22 gram gula atau 44% gula harian. Oleh karena itu, konsumen diharapkan dapat lebih jeli dalam memperhatikan informasi nilai gizi sebelum membeli produk.

Setelah mengetahui efek negatif SSB, air putih memang merupakan pilihan terbaik. Namun sebenarnya tidak ada salahnya mengonsumsi minuman lain yang rendah kalori, bahkan SSB sekalipun, hanya saja harus diperhatikan frekuensinya. Pembiasaan pola hidup sehat dapat dilakukan dengan tidak membeli atau menyediakan stok minuman bersoda, jus kemasan, atau minuman tinggi gula tambahan lainnya dan menjadikan SSB sebagai minuman “sesekali”, bukan untuk dikonsumsi sehari-hari.

 

  1. CDC (2021). Get the Facts: Sugar-Sweetened Beverages and Consumption. [online] Centers for Disease Control and Prevention. Available at: https://www.cdc.gov/nutrition/data-statistics/sugar-sweetened-beverages-intake.html [Accessed 26 Feb. 2022].
  2. Haning, Mohamad Thahir & Arundhana, Andi Imam & Muqni, Asry. (2016). The government policy related to sugar-sweetened beverages in Indonesia. Indian Journal of Community Health. 28. 222-227.
  3. Malik VS, Hu FB. Sugar-sweetened beverages and cardiometabolic health: An update of the evidence. Nutrients. 2019;11(8):1840.
  4. Qi Q, Chu AY, Kang JH, Jensen MK, Curhan GC, Pasquale LR, Ridker PM, Hunter DJ, Willett WC, Rimm EB, Chasman DI. Sugar-sweetened beverages and genetic risk of obesity. New England Journal of Medicine. 2012 Oct 11;367(15):1387-96.
  5. Schulze MB, Manson JE, Ludwig DS, Colditz GA, Stampfer MJ, Willett WC, Hu FB. Sugar-sweetened beverages, weight gain, and incidence of type 2 diabetes in young and middle-aged women. JAMA. 2004 Aug 25;292(8):927-34.
  6. The Nutrition Source. (2013). Sugary Drinks. [online] Available at: https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/healthy-drinks/sugary-drinks/ [Accessed 26 Feb. 2022].
  7. Valenzuela MJ, Waterhouse B, Aggarwal VR, Bloor K, Doran T. Effect of sugar-sweetened beverages on oral health: a systematic review and meta-analysis. Eur J Public Health. 2020.

Ketahui Peran Vitamin untuk Meningkatkan Sistem Imun di Masa Pandemi COVID-19

BeritaEdukasi Tuesday, 22 February 2022

 

Kasus COVID-19 varian Omicron saat ini masih menjadi kasus utama di Indonesia. Pada 19 Febuari 2022 dinyatakan bahwa kasus harian hingga mencapai 59.384, yang mana lebih tinggi dibanding puncak kasus harian Delta tahun lalu sebesar 56.757. Akan tetapi, Kementerian Kesehatan menyatakan adanya penurunan kasus konfirmasi harian berkurang hingga 10.900 pada 20 Februari 2022 dari hari sebelumnya, dan kasus aktif sedikit melambat dengan penambahan 15.448 per hari. Meskipun begitu, pemerintah tetap meningkatkan upaya pencegahan pandemi COVID-19 ini dengan meningkatkan program vaksinasi dosis lengkap dan booster. Apabila masyarakat telah mendapatkan dosis kedua dalam kurun waktu minimal enam bulan, maka sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi ketiga atau booster (Kemenkes, 2022). Beberapa penelitian menyatakan bahwa vaksin booster dinilai lebih efektif untuk mencegah penularan COVID-19 varian Omicron saat ini dibanding varian Delta (Omer dan Malani, 2022).

Dalam upaya meningkatkan imunitas tubuh dan mencegah penularan COVID-19 saat ini, suplementasi vitamin A, C, E, dan B komplek sangat penting. Vitamin A memilki peran dalam memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi dengan menjaga kesehatan permukaan jaringan dan kulit pada mulut, lambung, usus, dan sistem pernafasan. Kurangnya asupan vitamin A pada bayi hingga anak-anak dapat menyebabkan penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Asupan vitamin A yang cukup dapat diperoleh dari konsumsi wortel, brokoli, bayam, daun singkong, ubi jalar dan beberapa bahan makanan lain yang diperkaya vitamin A (Kemenkes, 2020).

Vitamin C merupakan salah satu zat gizi yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga konsumsi vitamin C sangat diperlukan. Vitamin C dapat berperan sebagai anti inflamasi yang mampu mencegah terjadinya kerusakan oksidatif sehingga sistem kekebalan tubuh meningkat (Shakoor et al., 2021). Dalam menunjang sistem imun, vitamin juga berperan dalam meningkatkan kemotaksis dan kemampuan fagosit neutrophil, meningkatkan aktivitas makrofag, serta mendukung proliferasi neutrophil, monosit, dan fagosit (Febriana, 2021). Konsumsi suplemen vitamin C dalam sehari dianjurkan dengan dosis 500 – 1000 mg dalam 1-2 kali, mengingat batas atas toleransi asupan vitamin C tidak boleh melebihi 2000 mg per hari (Ahmed et al., 2022). Sedangkan dalam bahan makanan kaya vitamin C dapat dijumpai pada buah-buahan seperti jambu biji, papaya, jeruk, tomat, stroberi, dan kiwi.

Vitamin E memiliki efek imunomodulator pada sel imunitas bawaan dan adaptif. Vitamin E mampu meningkatkan produksi sel T, meningkatkan aktivitas sel NK, meningkatkan sekresi sitokin IL-2, meningkatkan respon limfosit, serta menurunkan risiko infeksi (Shakoor et al., 2021). Berdasarkan beberapa sumber literatur yang ada, suplementasi vitamin E dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta mengurangi risiko infeksi akibat beberapa virus dan bakteri. Sumber makanan yang mengandung vitamin E meliputi sayuran hijau dan kacang-kacangan.

Vitamin B1 atau thiamin dapat menurunkan mortalitas pasien sepsis pada pasien COVID-19. Asupan vitamin B1 yang kurang dapat menginduksi respon peradangan yang dapat mengakibatkan kematian sel saraf. Vitamin B2 dan B3 dapat berperan dalam penurunan sitokin proinflamasi. Vitamin B6, B9, dan B12 mampu mendukung aktivasi sel T sitotoksik dan sel NK sebagai pendukung fungsi imunitas (Febriana, 2021). Vitamin B6 dalam makanan dapat dijumpai pada sereal, ikan, ayam, daging, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau.

Sebagian besar sumber vitamin alami terkandung dalam berbagai macam bahan makanan. Oleh karena itu, konsumsi makanan seimbang sesuai anjuran Kemenkes dengan prinsip “Isi Piringku” dapat membantu memenuhi asupan vitamin. Pemenuhan vitamin yang cukup di masa pandemi COVID-19 sangat penting untuk mencegah penularan penyakit.

 

  1. Ahmed, A. et al. (2022) The Combination of Quercetin and Bromelain with Zinc, EGCG, Retinoic Acid, Vitamin C and Vitamin D for the potential Symptom Reducer, Prevention, and Treatment for Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
  2. Febriana, L. (2021) ‘Potensi Suplemen dalam Tatalaksana COVID-19’, Continuing Medical Education, 48(2), pp. 93–96.
  3. Kemenkes (2020) ‘Panduan Gizi Seimbang pada Masa Pandemi COVID-19’. Kementerian Kesehatan RI.
  4. Kemenkes (2022) Kasus Konfirmasi COVID-19 Menurun Signifikan, Pemerintah Terus Mengimbau Disiplin Prokes dan Vaksinasi, Kementerian Kesehatan RI. Tersedia di: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220220/2839361/kasus-konfirmasi-covid-19-menurun-signifikan-pemerintah-terus-mengimbau-disiplin-prokes-dan-vaksinasi/ (Diakses pada: 20 Februari 2022).
  5. Omer, S. B. dan Malani, P. N. (2022) ‘Booster Vaccination to Prevent COVID-19 in the Era of Omicron’, Journal of The American Medical Association, 327(7), pp. 628–629.
  6. Shakoor, H. et al. (2021) ‘Immune-boosting role of vitamins D, C, E, zinc, selenium and omega-3 fatty acids: Could they help against COVID-19?’, Maturitas, 143, pp. 1–9.

 

Terapkan Empat Pilar Pedoman Gizi Seimbang untuk Mencegah COVID-19

BeritaEdukasi Tuesday, 15 February 2022

Penularan kasus varian Omicron menyebabkan kasus harian COVID-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan hingga mendekati puncak kasus varian Delta pada pertengahan tahun 2021. Data penambahan harian konfirmasi positif yaitu 55.209 pada tanggal 13 Februari 2022 (Kemenkes, 2022). Menurut WHO (2022), varian Omicron memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi akan tetapi tingkat kematian lebih rendah daripada varian Delta. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi puncak kasus COVID-19 varian Omicron pada awal Maret 2022. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan langkah pencegahan dalam penularan COVID-19 dengan menjaga protokol kesehatan, melakukan vaksinasi booster, dan meningkatkan imunitas tubuh.

Upaya meningkatkan imunitas tubuh adalah salah satu perlindungan utama dalam mencegah penularan COVID-19. Masyarakat dapat menerapkan empat pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk meningkatkan imunitas tubuh. Prinsip pertama dan utama yaitu dengan mengonsumsi makanan dengan beraneka ragam dan seimbang. Mengonsumsi makanan yang beragam bertujuan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan. Kementerian Kesehatan RI telah memberikan panduan dalam memenuhi gizi seimbang dengan “Isi Piringku”. Porsi dalam mengonsumsi makanan yaitu terdapat makanan pokok sebagai sumber energi, lauk-pauk sebagai sumber protein hewani dan nabati, buah-buahan dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral. Konsumsi dalam sehari dianjurkan 3-4 porsi makanan pokok, 2-3 porsi lauk pauk, 3-4 porsi sayuran, dan 2-3 porsi buah-buahan. Pemenuhan konsumsi sayur dan buah yang beragam dapat menjadi sumber vitamin (A, C, E, dan B) serta mineral (Se, Fe, dan Zn) yang berperan sebagai antioksidan dan meningkatkan imunitas tubuh. Di sisi lain, masyarakat juga dianjurkan untuk membatasi konsumsi gula (4 sdm), garam (1 sdt), dan minyak (5 sdm) dalam satu hari.

Prinsip selanjutnya yaitu melakukan aktivitas fisik dan berolahraga secara rutin. Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan membutuhkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik terdiri atas aktivitas selama bekerja, waktu senggang, dan aktivitas sehari-hari. Latihan olahraga merupakan aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang, serta bertujuan untuk memelihara kebugaran tubuh. Kementerian Kesehatan RI menganjurkan aktivitas fisik dilakukan minimal selama 150 menit seminggu atau 30 menit sehari dengan intensitas sedang sebanyak 3-5 kali dalam seminggu. Olahraga dengan intensitas sedang yang berlangsung singkat (sekitar 30 menit) secara teratur bermanfaat untuk pertahanan kekebalan tubuh, terutama pada orang dewasa (Simpson, et. al., 2020). Hal ini selaras dengan prinsip ketiga PGS yaitu menjaga berat badan ideal. Berat badan normal menjadi salah satu indikator tercapainya keseimbangan zat gizi tubuh bagi orang dewasa. Normal atau tidaknya berat badan dapat dilihat dari indeks massa tubuh (IMT). Berat badan yang terjaga ideal dapat mencegah risiko terjadinya penyakit dan meningkatkan kualitas hidup.

Prinsip yang terakhir yaitu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), sehingga menghindarkan diri dari penyakit infeksi. PHBS merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi yang mencakup upaya untuk merawat tubuh, menjaga kebersihan lingkungan, kebiasaan mencuci tangan, dan menjaga kesehatan. Penerapan prinsip ini selaras dengan upaya untuk memperketat protokol kesehatan. Oleh karena itu, dalam upaya pencegahan penularan COVID-19 perlu meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan 3M (menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun).

 

 

 

Referensi:

1.Kementrian Kesehatan RI. 2022. Pasien Positif COVID-19. Tersedia pada: https://kemkes.go.id/. Diakses pada: 14 Februari 2022
2.Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.
3.Simpson RJ, Campbell JP, Gleeson M, Krüger K, Nieman DC, Pyne DB, Turner JE, Walsh NP. Can exercise affect immune function to increase susceptibility to infection? Exerc Immunol Rev. 2020;26:8-22. PMID: 32139352.
4.World Health Organization. Jan 2022. Update on COVID-19: Omicron wave threatening to overcome health workforce. Available at: https://www.euro.who.int/en/media-centre/sections/statements/2022/statement-update-on-covid-19-omicron-wave-threatening-to-overcome-health-workforce. Diakses pada: 14 Februari 2022.

Poster Anemia dan Stunting

EdukasiPoster Thursday, 22 April 2021

Tahukah Anda?

Status kesehatan ibu merupakan salah satu determinan pada kejadian stunting. Anemia pada masa kehamilan memberikan dampak signifikan terhadap status kesehatan anak dan meningkatkan resiko stunting. Oleh karena itu, upaya pencegahan anemia pada kehamilan sebaiknya dilakukan sejak dini, bahkan sebelum seseorang mengandung atau merencanakan kehamilan. Pencegahan dan penanganan anemia pada remaja berperan penting menurunkan risiko anemia pada masa kehamilan. Informasi lebih lanjut mengenai anemia defisiensi gizi dan stunting dapat dilihat melalui poster berikut:

Gambar 1. Poster Anemia Defisiensi Gizi                        Gambar 2. Poster Stunting

 

Sumber:
Beal, T., Tumilowicz, Al., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld, L.M. (2018) A Review of Child Stunting Determinants in Indonesia. Maternal & Child Nutrition, 14(4): e12617.
Iftikhar, A., Bari, A., Zeeshan, F., Jabeen, U., Masood, Q., & Rathore, A.W. (2018) Maternal Anemia and its Impact on Nutritional Status of Children under the Age of Two Years. Biomedical Journal of Scientific & Technical Research, 5(3), pp. 4519-4522.
UNICEF (2019) Indonesia Maternal Nutrition Framework for Action. [Online] Available from: unicef.org [Accessed: 1 April 2021].

 

Penulis: Fairuz Khairunnisa Anasyua & Stefanie Budi Astuti

Pantau Berat Badan Selama Pandemi

Edukasi Sunday, 11 April 2021

Malnutrisi merupakan kondisi kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan energi dan/atau asupan gizi. Secara garis besar, malnutrisi terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Memantau berat badan secara rutin merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan berat badan normal dan mencegah malnutrisi.

IMT atau indeks massa tubuh merupakan salah satu indikator status gizi orang dewasa. Berdasarkan standar Asia Pasifik, IMT dikategorikan menjadi:

IMT Kategori
<18.5 Berat badan kurang/ kurus
18.5-22.9 Normal
23-24.9 Berat badan lebih
≥25 Obesitas

Berdasarkan WHO, obesitas merupakan kondisi akumulasi lemak berlebih yang dapat meningkatkan risiko komorbid dan meningkatkan risiko mortalitas. Kondisi komorbid dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Risiko komorbid tersebut di antaranya:

  • penyakit kardiovaskuler,
  • gangguan pencernaan,
  • diabetes mellitus tipe 2,
  • gangguan pernapasan,
  • gangguan tidur, dan
  • gangguan psikologi.

Penurunan berat badan pada pasien yang mengalami obesitas dapat meningkatkan kesehatan dan menurunkan risiko perkembangan penyakit komorbid secara signifikan. Penurunan berat badan yang dianjurkan adalah 0.5-1 kg/minggu. Penurunan berat badan ekstrim tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti pembentukan batu empedu, dehidrasi, penurunan massa otot, gangguan metabolisme, dan defisiensi mikronutrien.

Sama halnya dengan obesitas, gizi kurang juga dapat menyebabkan masalah kesehatan dan peningkatan risiko mortalitas, terutama pada bayi dan anak. Gizi kurang dapat meyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi kurang juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, seperti:

  • rendahnya massa otot dan massa bebas lemak,
  • penurunan sistem imun dan peningkatan risiko infeksi penyakit,
  • penurunan massa tulang,
  • anemia,
  • defisiensi vitamin,
  • gangguan kesuburan dan masalah kehamilan,
  • masalah pencernaan,
  • penyembuhan luka yang lama,
  • gangguan psikologi, dan
  • gangguan tidur.

 

Sumber:

Karmacharya, P., Shrestha, G.L., Singh, S., & Shrestha, O.K. (2019) Relation of Waist Hip Ratio and BMI with the Vital Capacity. Journal of Chitwan Medical College, 9(29), pp. 51-55

Kementerian Kesehatan RI (2014) Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Sharon, M.F. (2017) Obesity: Risk Factors, Complications, and Strategies for Sustainable Long-Term Weight Management. Journal of the American Association of Nurse Practitioners, 29(Suppl 1), pp. S3-S14.

Uzogara, S.G. (2016) Underweight, the Less Discussed Type of Unhealthy Weight and Its Implications: A Review. American Journal of Food Science and Nutrition Research, 3(5), pp. 126-142.

World Health Organization (2020) Malnutrition. [Online] Available at: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/malnutrition [Accessed: March 31, 2021].

 

Penulis: Stefanie Intan Budi Astuti

Aktivitas Fisik Selama Pandemi

Edukasi Sunday, 11 April 2021

Dalam kondisi pandemi, aktivitas sosial dibatasi. Banyak orang bekerja dari rumah, sehingga aktivitas fisik sehari-hari menjadi minim. Misalnya, hanya duduk selama berjam-jam di depan komputer atau laptop. Padahal, aktivitas fisik perlu dilakukan minimal 30 menit, rutin 3-5 kali dalam seminggu (Kementerian Kesehatan, 2020).

Menurut Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat (2020) aktivitas fisik, termasuk berolahraga, berfungsi untuk:

  1. Mengurangi kecemasan
  2. Mengendalikan stres
  3. Mengendalikan kadar kolesterol
  4. Memperbaiki kelenturan sendi dan kekuatan otot
  5. Meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh

Kita perlu rutin melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mempertahankan berat badan ideal, dan mencegah kegemukan (Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat, 2020). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari selama pandemi, kita perlu melakukan peregangan setiap dua jam sekali selama 10-15 detik. Selain itu, kita juga perlu rutin minum air putih untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan menghindari merokok (Abdulloh, 2020)

Dalam berolahraga selama pandemi, menurut Abdulloh (2020) terdapat prinsip umum yang harus diterapkan, yaitu:

  1. Frekuensi (minimal 2-3x per minggu)
  2. Durasi (minimal 30-45 menit)
  3. Intensitas (disarankan intensitas sedang)
  4. Tipe (aerobik, latihan kekuatan otot, latihan fleksibilitas)

Dalam berolahraga selama pandemi, beberapa hal yang dapat kita lakukan yaitu berjalan kaki atau lari di sekitar rumah, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan serta menonton dan mengikuti video olahraga. Tidak dianjurkan berolahraga dengan intensitas tinggi karena dapat menurunkan  kekebalan  dan meningkatkan  risiko  infeksi  pernapasan Tidak dianjurkan pula berolahraga yang melibatkan kontak fisik dengan orang lain, seperti basket, sepak bola, dan bola voli (Elysia, 2020).

Beberapa contoh olahraga yang dianjurkan selama pandemi adalah latihan aerobik, latihan kekuatan otot, dan latihan angkat beban. Latihan aerobik contohnya jalan cepat, menari, dan lompat tali. Latihan kekuatan otot contohnya squat, push-up, dan sit-up. Latihan angkat beban dapat digunakan menggunakan alat ataupun tubuh. Selain itu, pilates, yoga, dan senam juga menjadi pilihan olahraga yang banyak dilakukan selama pandemi (Setyaningrum, 2020)

Selain olahraga, aktivitas fisik yang dapat kita lakukan adalah berjalan kaki minimal 10.000 langkah per hari, melakukan pekerjaan rumah tangga yang menggerakkan otot, berkebun, dan naik-turun tangga (Yuliana, 2020). Untuk mendukung aktivitas fisik yang kita lakukan, kita perlu beristirahat yang cukup dan teratur, selama 6-8 jam per hari. Selain itu, kita juga perlu berjemur selama minimal 15 menit per hari. Ketika berjemur, sebaiknya kita menggunakan baju yang berwarna terang, topi dan kacamata, serta sunblock (Kementerian Kesehatan, 2020).

 

Sumber:

Abdulloh, I., N., 2020. Kesalahan Olahraga Saat Pandemi COVID-19. URL: https://www.uny.ac.id/sites/www.uny.ac.id/files/u10/kesalahan%20olga.pdf. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021.

Elysia, V. 2020. Peran Gizi dalam Mengantisipasi Pandemi Covid-19. URL: https://fk.ugm.ac.id/peran-gizi-dalam-mengantisipasi-pandemi-covid-19-2/. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021.

Kementerian Kesehatan. 2020. Panduan Gizi Seimbang pada Masa COVID-19. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat. 2020. Menjaga Tetap Sehat dan Bugar di Masa Pandemi dengan Gizi Seimbang. URL: https://kesehatan.jogjakota.go.id/berita/id/214/menjaga-tetap-sehat-dan-bugar-di-masa-pandemi-dengan-gizi-seimbang/. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021.

Setyaningrum, D.A.W., 2020. Pentingnya olahraga selama pandemi COVID-19. Jurnal Biomedika dan Kesehatan, 3(4), pp.166-168.

Yuliana, Y., 2020. Olahraga yang Aman di Masa Pandemi COVID-19 untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh. Jurnal Bali Membangun Bali, 1(2), pp.103-110.

 

Penulis: Fairuz Khairunnisa Anasyua

Perilaku Hidup Bersih Selama Pandemi

Edukasi Sunday, 11 April 2021

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi seseorang, baik anak-anak maupun orang dewasa. Status gizi memiliki pengaruh terhadap system kekebalan tubuh dan proses penyembuhan. Seseorang dengan status gizi yang kurang atau bahkan buruk lebih berisiko terkena berbagai macam penyakit dan waktu penyembuhannya cenderung lebih lambat. Seseorang yang terjangkit penyakit infeksi membutuhkan lebih banyak asupan zat gizi, tetapi memiliki masalah yaitu mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dan perburukan status gizi (Putri,2015).

Penyakit infeksi juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup sering terjadi di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Salah satu penyebab dari terjadinya penyakit infeksi karena penerapan perilaku hidup bersih dan sehat yang masih kurang di lingkungan keluarga atau rumah. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sendiri merupakan perilaku Kesehatan yang dilakukan dengan kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya dalam bidang Kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan di masyarakat. Penerapan PHBS juga merupakan upaya untuk menularkan pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat dengan berbagai jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi (Depkes, 2011). Secara luas PHBS meliputi gerakan untuk membiasakan diri dalam melakukan perilaku hidup sehat. Selama pandemi ini, perilaku hidup bersih sudah menjadi suatu keharusan untuk meminimalisir risiko terinfeksi COVID-19. Tidak hanya itu, perilaku hidup bersih juga dapat mencegah kita terinfeksi penyakit menular lainnya. Dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan kita akan senantiasa terjaga.

Untuk itu kita perlu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat selama masa pandemic ini untuk mencegah berbagai penularan dari penyakit infeksi. Perilaku yang perlu kita terapkan menurut WHO (2021) antara lain:

  1. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir secara berkala
  2. Menggunakan masker dengan benar
  3. Menghindari menyentuh bagian atau area wajah
  4. Menutup mulut dan hudung menggunakan tisu atau bagian dalam siku letika sedang batuk atau bersin
  5. Membersihkan dan mendisinfektankan permukaan yang sering dipegang, seperti gagang pintu, meja, kursi, ponsel, saklar lampu
  6. Menjaga jarak dan menghindari kerumunan
  7. Memastikan sirkulasi udara yang baik

Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat yang perlu kita lakukan yaitu cuci tangan. Mencuci tangan perlu dilakukan setelah batuk atau bersin, setelah menggunakan toilet, setelah berpergian dari luar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan ketika merasa tangan kotor. Berikut langkah cuci tangan dengan baik menurut WHO (2009):

(panduan mencuci tangan menggunakan hand sanitizer)

(panduan mencuci tangan dengan air dan sabun)

Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan dengan melakukan penanganan bahan makanan secara baik supaya makanan yang kita konsumsi terjamin kebersihannya. Berikut berbagai cara penanganan bahan makanan sebagai wujud perilaku hidup bersih dan sehat, menurut United Nations Children’s Fund (2020) antara lain:

  • Mencuci tangan sebelum memegang dan mempersiapkan makanan
  • Membedakan talenan daging dan ikan mentah dengan sayur dan buah0buahan untuk mencegah kontaminasi silang
  • Mencuci bahan makanan terutama buah dan sayur dengan air bersih yang mengalir
  • Mengolah bahan makanan dengan suhu yang sesuai
  • Menimpan makanan yang mudah rusak di kulkas cek tanggal kadaluarsanya secara berkala
  • Menggunakan peralatan masak dan peralatan makan yang bersih dan kering
  • Memindahkan makanan dari luar rumah ke piring yang bersih
  • Membuang kemasan makanan dalam tempat sampah yang tertutup
  • Membersihkan kaleng dengan lap pembungkus makanan dengan bersih sebelum dibuka

 

Sumber:

Departemen Kesehatan RI (2011) Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta:Depkes RI

Kementerian Kesehatan RI (2014) Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Putri, M. S., Kapantow, N., & Kawengian, S. (2015). Hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan status gizi pada anak batita di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. eBiomedik, 3(2).

United Nations Children’s Fund (2020) Cleaning and Hygiene Tips to Help Keep the COVID-19 Virus Out of Your Home. [Online] Available at: https://www.unicef.org/ [Accessed: April 1, 2021].

World Health Organization (2021) Coronavirus Disease (COVID-19) Advice for the Public. [Online} Available at: https://www.who.int/ [Accessed: April 1, 2021]

World Health Organization [2009) Hand Hygiene: Why, How & When? [Online] Available at: https://www.who.int/ [April 1, 2021]

 

Penulis: Fina Cahya Hasanah

Konsumsi Makanan Beragam Selama Pandemi

Edukasi Sunday, 11 April 2021

Mengkonsumsi makanan yang beragam sangat kita perlukan karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung zat gizi lengkap kecuali ASI. Sebagai contoh, nasi yang merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Maka dari itu mengkonsumsi makanan yang beragam merupakan hal yang mutlak kita perlukan untuk menjaga tubuh kita tetap sehat.

Dalam prinsip mengkonsumsi makanan yang beragam, proporsi makanan yang dikonsumsi juga harus diperhatikan agar seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Aneka ragam makanan dalam gizi seimbang ditunjukkan secara jelas pada tumpeng gizi seimbang. Tumpeng gizi seimbang terdiri dari beberapa potongan tumpeng, yaitu satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil dan di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan tumpeng menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari.

Tahukah kamu mengkonsumsi makanan yang beragam juga sangat bermanfaat bagi tubuh di saat masa pandemi seperti ini. Berbagai zat gizi yang terkandung dalam berbagai makanan yang kita konsumsi memiliki manfaat untuk meningkatkan imunitas kita dalam menghadapi pandemi ini. Berikut cara mudah mengetahui manfaat makanan yang kita konsumsi berdasarkan warnanya:

  1. Buah
    1. Buah Berwarna merah mengandung banyak vitamin C dan zat flavonoid. Buah berwarna merah bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menjaga kesehatan liver. Contoh buah : apel, tomat, anggur dll
    2. Buah berwarna kuning dan oranye mengandung banyak vitamin A dan karoten. Zat ini bermanfaat untuk meningkatkan penglihatan, selain itu juga mengandung banyak antioksidan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Contoh buah : pisang, jeruk, pepaya, mangga, dll
    3. Buah berwarna hijau memliki berbagai macam vitamin yang bmanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Contoh buah: Apel malang, anggur hijau, melon, dll
    4. Buah berwarna ungu dan biru apabila warnanya semakin gelap maka kandungan vitaminnya semakin banyak, buah ini bermanfaat menjhaga kesehatan jantung, pembuluh darah, dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Contoh buah : Delima, ubi ungu, blueberry, dll
  2. Sayur
    1. Sayur berwarna hijau adalah sumber karoten yang baik untuk antioksidan. Semakin hijau warnanya maka semakin banyak kandungan karoten, vitamin C, asam folat, dan mineral di dalamnya. Contoh sayur : daun singkong, sawi hijau, bayam, buncis, dll
    2. Sayur berwarna ungu mengandung banyak antioksidan dan vitamin. Warna ungu alami bermanfaat untuk meningkatkan imunitas, melindungi kerusakan otak, dan meningkatkan produksi sel darah merah dan putih. Contoh sayur : terong ungu, kol ungu, dll
    3. Sayur berwarna kuning dan oranye mengandung berbagai vitamin dan antioksidan. Sayuran ini bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan indera englihatan. Contoh sayur : wortel, labu kuning, jagung, dll
    4. Sayur berwarna merah mengandung antioksidan yang bermanfaat untuk melindungi pembuluh darah, kesehatan jantung, dan mencegah kanker. Contoh sayur : Bayam merah dan lobak merah
    5. Sayur berwarna putih merupakan sayuran yang tidak berpigmen namun tetap memberikan manfaat bagi tubuh. Sayuran ini mengandung vitamiun E, kalsium, dan zat allicin yang dapat mengontrol kadar kolestertol, tekanan darah, dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Contoh : Tauge, bunga kol, sawi putih, dll

 

Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan. 2014. Panduan Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan. 2020. Panduan Gizi Seimbang pada Masa COVID-19. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat. 2020. Menjaga Tetap Sehat dan Bugar di Masa Pandemi dengan Gizi Seimbang. URL: https://kesehatan.jogjakota.go.id/berita/id/214/menjaga-tetap-sehat-dan-bugar-di-masa-pandemi-dengan-gizi-seimbang/. Diakses pada tanggal 26 Maret 2021.

 

Penulis: Dwiki Rendy Dolado

12

Berita Terkini

  • Daftar Sekarang! SPORTIFITNESS 10: Short Course & Workshop Sport and Wellness Nutrition Gizi Olahraga Prestasi Level 1 (Basic)
    09/09/2025
  • Peneliti PKGM UGM Angkat Isu Pangan Berkelanjutan di Forum Gizi Dunia
    03/09/2025
  • Siswa SMPIT LHI Banguntapan Dilatih Jadi Content Creator Muda
    26/08/2025
Universitas Gadjah Mada

Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM)
(Center for Health and Human Nutrition/CH2N)

Gd Litbang FK-KMK Lt.3, Jalan Medika No.1, Sendowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Telp./Faks. (0274) 547775
Email: ch2n.fk@ugm.ac.id

© PKGM-FKKMK UGM 2021

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY