• UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
    • Kalender Kegiatan
    • Kegiatan Terdekat
    • Berita
    • Konten Edukasi
    • Magang
    • Laporan Tahunan
  • Tentang PKGM
    • Profil
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Peneliti
    • Kontak Kami
  • Kegiatan
    • Penelitian
    • Pengabdian Masyarakat
    • Pelatihan
    • Publikasi
  • Pengalaman Kerjasama
    • Perusahaan
    • Pemerintah
  • LUARAN KEGIATAN
    • Buku dan Modul
    • Video
    • POLICY BRIEF
    • ARTIKEL JURNAL
  • Beranda
  • Edukasi
Arsip:

Edukasi

Pencegahan Anemia Pada Remaja

EdukasiKonten Edukasi Wednesday, 18 May 2022

Remaja memiliki peranan penting dalam pembangunan dan perkembangan suatu bangsa, sebab remaja yang sehat merupakan investasi masa depan. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi beban pada remaja, khususnya remaja putri adalah anemia. Anemia merupakan kondisi penyakit yang ditandai dengan kurangnya sel darah merah dalam tubuh sehingga menyebabkan kondisi lelah, letih, lesu dan berdampak pada produktivitas penderita. Di samping itu, remaja putri yang mengalami anemia berisiko lebih besar melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR) dan stunting (Sartika et al., 2021). Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar 32 % (Riskesdas, 2018). Oleh karena itu, penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja putri menjadi masalah kesehatan yang difokuskan oleh pemerintah. 

Kondisi kekurangan gizi berupa zat besi merupakan salah satu penyebab utama anemia. Hal itu disebabkan oleh gaya hidup dari remaja diantaranya kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal (khususnya sumber zat besi), kebiasaan minum teh serta kopi saat makan, dan kurangnya aktifitas fisik (Kemenkes, 2018). Di sisi lain, pada remaja putri membutuhkan lebih banyak zat besi ketika masa pertumbuhan dan ketika terjadi kehilangan darah, seperti menstruasi. Oleh karena itu, remaja putri lebih berisiko tinggi mengalami anemia karena defisiensi zat besi.

Penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut: 1) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi; 2) Suplementasi zat besi dengan mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD); 3) Meningkatkan konsumsi buah dan sayur sebagai sumber vitamin C; 4) Meningkatkan konsumsi sumber protein hewani; 5) Menghindari konsumsi teh dan kopi saat makan atau saat mengkonsumsi TTD; dan 6) Berolahraga atau eraktifitas fisik secara rutin (Kemenkes, 2018 dan Wouthuyzen et al., 2015) Dalam mencegah dan menanggulangi kondisi anemia diperlukan kerjasama dari pihak pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, remaja diharapkan dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan anemia dalam kehidupan sehari-hari. 

 

Referensi: 

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.

Sartika AN, Khoirunnisa M, Meiyetriani E, Ermayani E, Pramesthi IL, Nur Ananda AJ. Prenatal and postnatal determinants of stunting at age 0-11 months: A cross-sectional study in Indonesia. PLoS One. 2021 Jul 14;16(7):e0254662.

Wouthuyzen Bakker, M., & van Assen, S. (2015). Exercise-induced anaemia: a forgotten cause of iron deficiency anaemia in young adults. The British journal of general practice : the journal of the Royal College of General Practitioners, 65(634), 268–269. https://doi.org/10.3399/bjgp15X685069

Mengenal Anemia

EdukasiKonten Edukasi Tuesday, 10 May 2022

Anemia merupakan kondisi kelainan darah yang ditandai kurangnya sel darah merah dalam tubuh atau sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini mengakibatkan tubuh tidak dapat memperoleh cukup oksigen. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang serius. Berdasarkan WHO anemia masih diderita 42% anak berusia <5 tahun dan 40% wanita hamil. Gejala yang sering dialami penderita anemia adalah mudah lelah, mudah mengantuk, pusing, pandangan berkunang-kunang, dan wajah terlihat pucat. Penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan zat gizi, seperti vitamin B12, folat, vitamin A, dan zat besi. 

Terdapat berbagai macam jenis anemia yang dapat diklasifikasikan menjadi anemia gizi dan anemia non-gizi. Anemia gizi merupakan kondisi anemia yang dapat dicegah atau diperbaiki dengan asupan gizi yang tepat. Sedangkan anemia non-gizi tidak disebabkan oleh kekurangan zat gizi, melainkan dari kelainan kondisi tubuh. Apabila mengalami gejala anemia, penting bagi kita untuk mengetahui jenis anemia mana yang dialami agar dapat ditangani secara tepat.

Berikut ini merupakan beberapa jenis anemia non-gizi:

  1. Anemia aplastik

Anemia ini terjadi karena ketidakmampuan sumsum tulang untuk memproduksi cukup sel darah merah. Anemia aplastik terjadi akibat kerusakan genetik, biasanya merupakan penyakit keturunan. Untuk menegakkan diagnosis anemia aplastik, perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan sumsum tulang. 

  1. Anemia sel sabit

Sel darah merah normalnya berbentuk bundar dan lentur, tetapi pada penderita anemia sel sabit bentuk sel darah merahnya seperti sabit dan kaku sehingga mudah menyumbat pembuluh darah kecil. Sel sabit dapat rusak lebih cepat dibandingkan sel normal sehingga peredaran oksigen di dalam tubuh terhambat. Anemia jenis ini merupakan kelainan genetik. Hingga saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan anemia sel sabit, tetapi dapat dilakukan tranfusi darah untuk mencegah terjadinya komplikasi. 

  1. Anemia thalassemia

Thalassemia merupakan kondisi kelainan genetik di mana protein pembentuk hemoglobin tidak dapat terbentuk atau tidak mencukupi sehingga sel darah merah mudah pecah. Hal ini menyebabkan penderita kekurangan darah. Pengobatan untuk penyakit ini tergantung keparahan kondisi, biasanya perlu dilakukan tranfusi darah rutin.

 

Selain itu, berikut ini merupakan beberapa jenis anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat gizi: 

  1. Anemia defisiensi zat besi

Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen yang nantinya akan diedarkan ke seluruh tubuh. Tubuh memerlukan zat besi untuk memproduksi hemoglobin. Kekurangan hemoglobin menyebabkan tubuh kekurangan pasokan oksigen. Skrining awal anemia zat gizi dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan kadar hemoglobin. Nilai hemoglobin normal pria adalah 14-18 g/dL dan wanita adalah 12-16 g/dL.

Selain itu, apabila anemia defisiensi zat besi terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin, meningkatkan risiko bayi lahir prematur, bahkan hingga kematian ibu dan bayi. Defisiensi zat besi dapat diperbaiki dengan mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi terutama yang berasal dari hewani seperti daging, hati, susu, dan telur. Selain itu dapat diiringi dengan meningkatkan konsumsi vitamin C yang dapat membantu proses penyerapan zat besi.

  1. Anemia Megaloblastik

Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik. Anemia tersebt merupakan kondisi di mana sel darah merah berukuran lebih besar dari normal atau mengasilkan sel darah merah yang belum matang sehingga mengurangi jumlah oksigen yang dapat dibawa dalam darah. Vitamin B12 dan folat memiliki peran dalam proses regenerasi sel darah merah yang disebut eritropoiesis. Apabila tubuh kekurangan dua zat gizi tersebut, pembentukan sel darah merah yang baru dapat terganggu. Anemia ini dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang. Vitamin B12 banyak terdapat pada telur atau bahan makanan yang telah difortifikasi seperti sereal, susu, keju, dan yogurt. Asam folat banyak ditemukan di hati sapi, sayuran hijau, dan kacang-kacangan, 

 

Kondisi anemia apabila berlangsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ, seperti jantung dan paru-paru, karena organ tersebut harus berusaha lebih keras dalam menjalankan tugasnya. Apabila mengalami gejala-gejala seperti yang telah disebutkan, diharapkan dapat segera memeriksakan diri ke dokter agar mendapat diagnosis dan penanganan yang tepat.

 

Referensi:

  • Centers for Disease Control and Prevention. 2021. Thalassemia. [online]. Available at https://cdc.gov.ncbddd/thalassemia/facts.html
  • Hariz A, Bhattacharya PT. 2022. Megaloblastic Anemia. StatPearls Publishing.
  • National Institutes of Health. 2021. Dietary Supplement Fact Sheets: Folate. [online]. Available at https://ods.od.nih.gov/
  • National Institutes of Health. 2021. Dietary Supplement Fact Sheets: B12. [online]. Available at https://ods.od.nih.gov/
  • World Health Organization. 2017. Nutritional Anaemias: Tools for Evective Prevention and Control. [online]. Available at https://www.who.int/publications/

Menjaga Pola Makan ketika Lebaran

EdukasiKonten Edukasi Wednesday, 27 April 2022

Hari raya Idulfitri atau Lebaran merupakan hari yang sangat dinanti-nantikan oleh umat muslim, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Lebaran identik dengan suasana kekeluargaan, berkumpul, mengobrol, dan juga erat kaitannya dengan tradisi makan bersama dengan keluarga. Banyak jenis makanan dan minuman yang disuguhkan ketika lebaran. Bermacam-macam hidangan nusantara yang disajikan ketika Lebaran, contohnya seperti lontong opor ayam, daging rendang, bakso kuah, kue-kue lebaran, makanan ringan, maupun minuman manis. 

Tak jarang banyak masyarakat yang menjadikan Lebaran sebagai waktu balas dendam untuk menyantap makanan sepuasnya, setelah harus berpuasa selama 30 hari pada bulan Ramadhan, dalam waktu 13-14 jam setiap harinya. Padahal, hal tersebut tidak dapat dibenarkan lho. Karena dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuh, contohnya seperti meningkatnya berat badan secara drastis, hingga meningkatnya kadar gula darah dan kadar kolesterol dalam tubuh kita.

Ada beberapa tips menjaga pola makan yang perlu diperhatikan dan kita terapkan ketika Lebaran, diantaranya sebagai berikut:

  • Batasi Jumlah Asupan Makan dan Batasi Makanan Tinggi Kalori: Makanan Bersantan dan Tinggi Lemak

Ketika lebaran, seringkali kita merasa ingin mencicipi semua makanan yang disajikan. Boleh-boleh saja kita mencoba semua menu yang disajikan, tetapi ingat untuk membatasi jumlah porsinya. Gunakan piring kecil untuk membatasi jumlah asupan makanan Anda.

Sebagian besar makanan yang disajikan identik dengan santan dan tinggi akan lemak. Walaupun memiliki rasa yang nikmat, tetapi kita perlu membatasi jumlah porsinya. Apabila dikonsumsi secara berlebihan, dapat menyebabkan peningkatan berat badan, kadar kolesterol, gula darah, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (1). 

 

  • Perbanyak Konsumsi Sayur dan Buah

Usahakan untuk tetap mengonsumsi sayur dan buah ketika lebaran. Selain memilih menu sumber protein, jangan lupa untuk menyelipkan sayur-sayuran dan mengonsumsi buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan mikronutrien Anda. WHO sendiri telah merekomendasikan untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayuran setidaknya 400 gram/orang setiap hari (2).

Sayur-sayuran dan buah-buahan dikenal kaya akan kandungan vitamin, mineral, karotenoid, fitosterol, flavonoid, senyawa fenolik, serat, dan antioksidan yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh (3,4). Apa saja manfaatnya?  Salah satunya yaitu dapat menjaga kesehatan dan menurunkan risiko beberapa penyakit (3), yaitu:

  • Kanker
  • Penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi dan penyakit jantung kronis
  • Diabetes mellitus
  • Radang sendi (arthritis)
  • Penyakit kulit
  • Overweight dan obesitas
  • Penyakit neurodegenerative, seperti Alzheimer dan Parkinson.

Selain itu, mengonsumsi sayur dan buah secara cukup juga dapat membantu mempertahankan fungsi paru-paru pada orang dewasa, serta meningkatkan kekuatan tulang sehingga terhindarkan dari risiko osteoporosis (3).

 

  • Batasi Asupan Gula

Seringkali makanan dan minuman manis disajikan ketika Lebaran. Tidak apa-apa apabila ingin mencoba berbagai jenis kue-kue Lebaran ataupun minuman manis yang disajikan, akan tetapi tetap perhatikan jumlahnya. Terlalu banyak mengonsumsi gula dapat meningkatkan risiko terjadinya karies gigi, diabetes, hingga obesitas (5).

Jangan lupa untuk mengonsumsi air putih setelah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan untuk mengonsumsi 2 liter air putih atau setara dengan 8 gelas setiap hari (6).

 

  • Luangkan Waktu untuk Berolahraga

Tips yang terakhir, yaitu luangkan waktu Anda untuk melakukan olahraga. Tidak harus melakukan olahraga menggunakan perlengkapan khusus ataupun pergi ke gym dengan personal trainer, Anda bisa melakukan olahraga secara mandiri di rumah. Pilihlah jenis olahraga yang Anda gemari, sehingga Anda dapat lebih menikmati proses dan tidak merasa terbebani.

Supaya dapat merasakan manfaat kesehatan dari dilakukannya aktivitas fisik, disarankan untuk melakukan olahraga selama 30 menit/hari atau selama 150 menit/minggu dalam intensitas olahraga atau aktivitas fisik yang sedang (7).

 

Referensi:

  1. Astrup A, Mangkos F, Bier DM, Brenna T, Otto M, Hill JO, et al. Saturated Fats and Health: A Reassessment and Proposal for Food-Based Recommendations. JACC State-of-the-Art Review. 2020; 76(7).
  2. WHO. Healthy Diet. [Online].; 2020 [cited 2022 April 23. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/healthy-diet.
  3. Yahia EM, García-Solís P, Celis MEM. Contribution of Fruits and Vegetables to Human Nutrition and Health. In Postharvest Physiology and Biochemistry of Fruits and Vegetables. Cambridge: Woodhead Publishing; 2019. p. 19-45.
  4. Varadaraju R, Patel P. Health Benefits of Vegetables. International Journal of Chemical Studies. 2019; 7(2): p. 82-87.
  5. WHO. Taxes on sugary drinks: Why do it? (No. WHO/NMH/PND/16.5 Rev. 1): World Health Organization; 2017.
  6. Kemenkes RI. Berapa Takaran Normal Air Agar Tidak Kekurangan Cairan dalam Tubuh? [Online].; 2018 [cited 2022 April 23. Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/preview/infografhic/berapa-takaran-normal-air-agar-tidak-kekurangan-cairan-dalam-tubuh.
  7. Kemenkes RI. Ayo Bergerak, Lawan Obesitas Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.

Menjaga Pola Makan selama Berpuasa

BeritaEdukasi Tuesday, 19 April 2022

Pola makanan selama menjalankan ibadah puasa pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi secara jelas yaitu pada jam makanan yang dibatasi, sehingga frekuensi makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi menjadi lebih terbatas. Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi makanan berat 3x sehari, sedangkan selama puasa berubah menjadi 2x sehari. Walaupun pola makan berubah selama puasa, masyarakat harus menjaga asupan gizi secara optimal dan seimbang agar kondisi tubuh tetap sehat dan dapat menjalani puasa dengan baik. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan makanan sebagai sumber karbohidrat, serat, vitamin dan mineral, lemak dan protein harus diperhatikan dengan sesuai. 

 

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pola makan sehat saat berpuasa. Tips dalam menjaga pola makan sehat selama puasa yaitu sebagai berikut: 

 

  1. Membatasi konsumsi makanan yang terlalu asin saat sahur 

Mengkonsumsi makanan yang asin akan meningkatkan asupan natrium yang masuk ke dalam tubuh. Hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan buang air kecil setelah konsumsi minuman saat sahur (Juraschek et.al., 2020). Selain itu, juga menyebabkan mulut lebih terasa kering dan haus. Hal tersebut terjadi disebabkan tubuh memperbaiki rasio dari keseimbangan natrium dan cairan, sebagai respon dari peningkatan jumlah natrium (Agócs et al., 2020). Oleh karena itu, saat makan sahur, usahakan untuk membatasi konsumsi garam atau makanan yang tinggi natrium lainnya seperti saus, kecap, dan makanan kaleng. 

  1. Mengkonsumsi sumber karbohidrat kompleks dan tinggi serat

Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat kompleks dan tinggi serat disarankan ketika sahur. Makanan seperti ubi, jagung, singkong, oatmeal, roti gandum dan nasi merah akan memberikan efek kenyang lebih dari 6 jam. Hal itu terjadi karena serat dapat memperlambat proses pengosongan lambung, sehingga absorbsi makanan menjadi lebih lama (Akbar et al., 2021). Selain itu, konsumsi cukup serat juga dapat menjaga kesehatan saluran pencernaan dan mencegah konstipasi (McRorie et al., 2016).

  1. Berbukalah secukupnya dan membatasi makanan yang manis agar tidak berlebihan 

Ketika berbuka puasa, sebaiknya mengkonsumsi makanan secara bertahap. Hindari langsung mengkonsumsi makanan berat, karena dapat memberi beban ekstra pada pencernaan (Sanvictores et al., 2021). Selain itu, mengkonsumsi banyak makanan secara langsung juga dapat membuat perut terasa sesak. Oleh karena itu, dianjurkan untuk makan secara bertahap, dengan mulai dari air putih, kemudian sedikit makanan manis, dan makanan besar setelah selang setengah atau satu jam. Saat berbuka juga perlu memperhatikan konsumsi makanan manis, akan tetapi masyarakat sering kali mengkonsumsi minuman yang tinggi gula dan makanan manis saat berbuka. Makanan manis saat berbuka memang berperan dalam meningkatkan kadar gula darah yang rendah saat berpuasa. Tetapi perlu diperhatikan jangan sampai konsumsi gula berlebih. 

 

Referensi: 

Akbar A, Shreenath AP. High Fiber Diet. [Updated 2021 May 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559033/

Agócs R, Sugár D, Szabó AJ. Is too much salt harmful? Yes. Pediatr Nephrol. 2020 Sep;35(9):1777-1785. doi: 10.1007/s00467-019-04387-4. Epub 2019 Nov 28. PMID: 31781959; PMCID: PMC7384997.

Juraschek SP, Miller ER 3rd, Chang AR, Anderson CAM, Hall JE, Appel LJ. Effects of Sodium Reduction on Energy, Metabolism, Weight, Thirst, and Urine Volume: Results From the DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)-Sodium Trial. Hypertension. 2020 Mar;75(3):723-729. doi: 10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.13932. Epub 2020 Jan 20. PMID: 31957521; PMCID: PMC7278848.

McRorie JW Jr, McKeown NM. Understanding the Physics of Functional Fibers in the Gastrointestinal Tract: An Evidence-Based Approach to Resolving Enduring Misconceptions about Insoluble and Soluble Fiber. J Acad Nutr Diet. 2017 Feb;117(2):251-264. doi: 10.1016/j.jand.2016.09.021. Epub 2016 Nov 15. PMID: 27863994.

Sanvictores T, Casale J, Huecker MR. Physiology, Fasting. [Updated 2021 Jul 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534877/

Menjaga Hidrasi Selama Bulan Ramadan

BeritaEdukasi Tuesday, 12 April 2022

Tentu bukan hal yang mudah untuk menahan rasa haus selama lebih dari 12 jam. Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa membutuhkan cairan ± 2 liter setiap hari. Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi otak seperti kesulitan berpikir, sakit kepala, letih, hingga gangguan fungsi otot. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dibahas kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi selama berpuasa.

  • Minum cukup air putih

Selama berpuasa, tubuh kita dapat mengalami dehidrasi ringan yang ditandai dengan sakit kepala, kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Untuk mencegah kehausan yang berlebih, kita dapat membagi waktu minum air putih dengan pola berikut: 1 gelas saat berbuka puasa, 1 gelas setelah makan malam, 1 gelas setelah waktu Isya’, 1 gelas setelah waktu Tarawih, 1 gelas sebelum tidur, 1 gelas setelah bangun tidur, 1 gelas saat sahur, dan 1 gelas menjelang Subuh. Volume air yang diminum dalam sekali waktu tidak boleh berlebihan (cukup sekitar 250 – 300 mL) karena tubuh tidak akan mampu menyerap air dalam jumlah banyak sekaligus. Produk dairy seperti susu dan yogurt juga tinggi kadar air sehingga baik untuk melengkapi kebutuhan cairan harian. 

  • Konsumsi buah-buahan dan sayuran

Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran juga sangat disarankan, karena selain mengandung kadar air yang tinggi juga mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh. Contoh buah yang mengandung banyak air adalah semangka, stroberi, jeruk, melon, dan nanas. Selain itu sayuran yang tinggi kadar air diantaranya adalah bayam, brokoli, tomat, dan wortel.

  • Hindari konsumsi kafein

Selain itu, sebaiknya hindari minum teh atau kopi sebelum berpuasa karena kafein yang terkandung didalamnya bersifat diuretik. Konsumsi teh dan kopi akan meningkatkan frekuensi buang air kecil serta membuat tubuh kita lebih cepat haus. Hal tersebut akan memperparah kondisi dehidrasi.

  • Mandi dengan air dingin

Suhu panas dapat meningkatkan pengeluaran cairan melalui pori-pori kulit. Mandi dengan air dingin akan menjaga tubuh agar tidak mengeluarkan banyak cairan. Selain itu, mandi dengan air dingin juga dapat membantu mengurangi stress dan memperbaiki suasana hati.

 

Referensi:

  1. Enhance (2022). Cold Showers and Intermittent Fasting: The Benefits to Your Health. [online]. Available at: enhancenaturals.co.uk
  2. Khuraaki (2022). A Guide on Healthy Eating and Hydration During Ramadan. [online]. Available at: https://khuraaki.co.uk.
  3. Shadman Z, Akhoundan M, Poorsoltan N (2016). Nutritional Education Needs in Relation to Ramadan Fasting and Its Complications in Tehran, Iran. Iran Red Crescent Med J. 18(8):e26130.
  4. UCLA Health (2019). Healthy Tips for Ramadan. [online]. Available at: https://connect.uclahealth.org/2019/05/01/healthy-tips-for-ramadan.

Mengenal Metode Intermittent Fasting

BeritaEdukasi Thursday, 7 April 2022

Intermittent fasting merupakan suatu pola makan dengan sedikit intake kalori atau tidak mengonsumsi makanan sama sekali dalam periode waktu tertentu dengan jadwal teratur. Intermittent fasting berfokus pada kapan Anda makan dan kapan harus berhenti makan bukan pada makanan apa yang harus dikurangi atau dikonsumsi. Penerapan intermittent fasting hampir sama dengan puasa pada bulan Ramadan, yaitu berpuasa selama kurang lebih 12 jam. Intermittent fasting mempunyai beberapa manfaat, diantaranya dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh, menurunkan kolesterol, menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan menurunkan tekanan darah. 

Intermittent fasting tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui, anak-anak dan remaja dibawah usia 18 tahun, orang beresiko hipoglikemia, diabetes atau orang dengan penyakit kronis tertentu karena adanya efek samping yang berbeda-beda untuk setiap orang. Perlu adanya konsultasi dengan dokter apabila mengalami efek seperti sakit kepala, mual atau gejala lain setelah mencoba intermittent fasting. Untuk yang ingin memulai intermittent fasting, berikut terdapat beberapa macam metode yang dapat dilakukan, diantaranya: 

  1. The 5:2 Diet

Metode ini dilakukan dalam dua hari per minggu dengan cara membatasi jumlah konsumsi satu kali porsi makan atau sekitar 500-600 kalori. Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan berserat tinggi dan berprotein tinggi untuk menjaga kalori tetap rendah saat berpuasa. Selama lima hari dalam seminggu lainnya dapat makan secara normal. Contohnya, jika memilih untuk makan secara normal setiap hari dalam seminggu kecuali hari Minggu dan Senin. 

  1. The 16/8 method

Anda dapat mengonsumsi makanan selama 8 jam dan puasa selama 16 jam. Contoh: Anda boleh makan dari 10 pagi sampai 6 sore, lalu dilanjutkan berpuasa hingga 16 jam ke depan. Beberapa orang merasa mudah untuk bertahan dengan metodde ini dalam jangka panjang.

  1. Eat-Stop-Eat

Metode ini dilakukan dalam sekali atau dua kali seminggu dengan berpuasa selama 24 jam penuh. Anda bisa berpuasa dari waktu sarapan hingga sarapan berikutnya, kemudian dilanjutkan dengan setelah satu hari tidak berpuasa. Dengan metode ini, efek samping yang ditimbulkan bisa ekstrim, seperti kelelahan, sakit kepala, dan lapar.

 

Daftar Pustaka:

  1. Cleveland Clinic (2022). Intermittent Fasting: How It Works and 4 Types Explained. [Online] Available at: https://health.clevelandclinic.org/ [Accessed 6 April 2022]
  2. Dong, T. A., Sandesara, P. B., Dhindsa, D. S., Mehta, A., Arneson, L. C., Dollar, A. L., … & Sperling, L. S. (2020). Intermittent fasting: a heart healthy dietary pattern?. The American journal of medicine, 133(8), 901-907.
  3. Johns Hopkins Medicine (2022). Intermittent Fasting: What is it, and how does it woork? [Online] Available at: https://www.hopkinsmedicine.org/ [Accessed 6 April 2022]
  4. Mohamed, A.I., Abdi, A.M. and Abdilahi, M.M. (2020). Ramadan Intermittent Fasting and Its Beneficial Effects of Health: A Review Article. Central African Journal of Public Health, 6(5), 288-292.

Mengenal Stunting: Deteksi Dini, Dampak, dan Pencegahannya

BeritaEdukasi Tuesday, 5 April 2022

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi kronis yang terjadi di Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia sendiri cukup tinggi, menempati nomor 2 di Asia Tenggara (1). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensinya sebesar 30,8% dan diperkirakan telah menurun menjadi 26,92% pada tahun 2020 (2,3). Akan tetapi, angka tersebut masih berada pada ambang batas atas prevalensi stunting yang telah ditetapkan oleh WHO, yaitu sebesar 20%. Tentunya hal ini menjadi suatu masalah penting yang perlu diatasi bersama, tidak hanya oleh pemerintah saja, tetapi juga masyarakatnya.

Stunting atau balita pendek merupakan suatu kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak balita karena kekurangan gizi kronis, terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) (4). Kondisi stunting umumnya disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan status kesehatan dalam waktu yang cukup lama, kurangnya akses sanitasi dan air bersih sehingga timbul infeksi yang terjadi secara berulang, serta pola asuh tidak memadai, terutama pada periode 1000 HPK (4).

Deteksi dini stunting dapat dilakukan dengan memantau kurva pertumbuhan anak secara rutin. Bagi para Ibu, jangan lupa untuk rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan mengunjungi Posyandu terdekat di lingkungan Anda. Kader akan menjelaskan bagaimana berat badan serta panjang/tinggi badan anak berdasarkan kategori umurnya. Balita dikategorikan stunting ketika indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan z-score berada pada rentang kurang dari -2 SD (pendek) s/d -3 SD (sangat pendek) (4).

Pencegahan stunting perlu untuk dilakukan sedini mungkin. Sama halnya dengan yang telah dikatakan oleh Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F.Moeloek, SpM(K), bahwa “Semakin dini kita mencegahnya, sejak remaja perempuan, maka akan semakin baik hasilnya. Perlu perubahan perilaku, karena cegah stunting itu penting!”. Pemerintah bersama dengan Kementerian Kesehatan juga telah menyusun program-program pencegahan stunting, dalam rangka menurunkan angka stunting di Indonesia, diantaranya yaitu (5):

  1. Pemberian tablet tambah darah sebanyak minimal 90 buah selama kehamilan
  2. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
  3. Persalinan ibu hamil dengan dokter atau bidan ahli
  4. Implementasi Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
  5. Pemberian Asi Ekslusif pada bayi s/d usia 6 bulan
  6. Pemberian MP-ASI mulai usia 6 bulan hingga 24 bulan/2 tahun
  7. Pemberian imunisasi dasar lengkap serta tablet vitamin A
  8. Memantau pertumbuhan dan perkembangan balita melalui kegiatan Posyandu di lingkungan tempat tinggal
  9. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

 

Apabila tidak dicegah dan ditangani secara tepat, stunting dapat memberikan dampak negatif pada kualitas sumber daya manusia.

  • Dampak jangka pendek, stunting dapat menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang anak, pertumbuhan otak terganggu, timbul gangguan kognitif dan motorik anak, gangguan metabolisme, serta ukuran fisik tubuh anak tidak berkembang secara optimal sesuai dengan umurnya (4,6).
  • Dampak jangka panjang, stunting dapat menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual anak yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan kesulitan memahami materi yang disampaikan di sekolah, sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajar dan produktivitasnya ketika dewasa, menurunnya imunitas/kekebalan tubuh, serta munculnya risiko mengalami penyakit degeneratif ketika dewasa (4,6).

 

Referensi:

  1. Asian Development Bank (ADB). Prevalensi Stunting Balita Indonesia Tertinggi ke-2 di Asia Tenggara. [Online].; 2020 [cited 2022 April 3. Available from: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/25/prevalensi-stunting-balita-indonesia-tertinggi-ke-2-di-asia-tenggara.
  2. Sekretariat Wakil Presiden. Angka Prevalensi Stunting tahun 2020 Diprediksi Turun. [Online].; 2021 [cited 22 Desember 21. Available from: https://stunting.go.id/angka-prevalensi-stunting-tahun-2020-diprediksi-turun/.
  3. Kemenkes RI. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta; 2018.
  4. Kementerian PPN/Bappenas. Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota Jakarta: Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional; 2018.
  5. Kemenkes RI. Warta Kesmas: Cegah Stunting itu Penting. [Online].; 2018 [cited 2021 April 3. Available from: https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf.
  6. Adistrie F, Lumbantobing VBM, Maryam NNA. Pemberdayaan Kader Kesehatan Dalam Deteksi Dini Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang pada Balita. Media Karya Kesehatan. 2018 Desember; 1(2).

Efek Yoyo Setelah Puasa

BeritaEdukasi Tuesday, 29 March 2022

Bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa dengan menahan diri dari hawa nafsu dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa seperti makan dan minum dari terbit fajar sampai matahari terbenam. Tidak hanya rohaniah, puasa juga dapat berdampak jasmaniah seseorang. Sebuah studi yang dilakukan di Arab Saudi menunjukkan bahwa ketika seseorang berpuasa, maka orang tersebut juga akan mengalami beberapa perubahan dalam kesehariannya, seperti kebiasaan makan, kebiasaan tidur, bahkan metabolisme di dalam tubuhnya pun dapat mengalami perubahan (Bahammam, 2010 dalam Norhasanah & Salman, 2021). 

Selama berpuasa, asupan makan seseorang cenderung mengalami penurunan akibat penurunan frekuensi makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi, penurunan metabolisme lemak dalam tubuh (Norhasanah & Salman, 2021). Penurunan asupan makan selama puasa dapat mengakibatkan penurunan berat badan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan kalori seseorang. Meski demikian, tidak jarang penurunan berat badan setelah puasa juga diikuti dengan kenaikan berat badan. Fenomena tersebut dikenal dengan istilah “efek yoyo” (Muhammad, et al., 2018). Sama halnya seperti yoyo, berat badan yang turun selama puasa dapat kembali naik seperti semula atau bahkan melebihi berat badan sebelumnya. 

Sebuah studi oleh Ismail et al. (2015) menunjukkan bahwa pengaturan konsumsi makanan setelah puasa dapat mencegah terjadinya efek yoyo. Pengaturan konsumsi makanan perlu dilakukan supaya jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang tidak melebihi kebutuhannya. Studi tersebut juga menunjukkan motivasi juga memegang peran yang sangat penting dalam mencegah terjadinya efek yoyo setelah puasa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk mencegah efek yoyo setelah puasa, frekuensi dan jumlah makanan yang dikonsumsi perlu diperhatikan supaya sesuai dengan kebutuhan, serta upaya tersebut harus disertai dengan motivasi yang kuat supaya dapat membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

 

 

Referensi

Ismail, S. et al., 2015. Voluntary Fasting to Control Post-Ramadan Weight Gain among Overweight and Obese Women. Sultan Qaboos University Medical Journal, 15(1), pp. 96-104.

Muhammad, H. F. L., Latifah, F. N. & Susilowati, R., 2018. The yo-yo effect of Ramadan fasting on overweight/obese individual in Indonesian: A prospective study. Mediterannean Journal of Nutrition and Metabolism, Volume 11, pp. 127-133.

Norhasanah & Salman, Y., 2021. Penyuluhan Gizi Online dengan Media Video Audio Visual “Tetap Fit Saat Puasa dan Pasca Puasa dengan Gizi Seimbang”. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 3(1), pp. 33-40.

Menjaga Kebugaran Tubuh Selama Berpuasa

BeritaEdukasi Thursday, 24 March 2022

Puasa di bulan Ramadan merupakan salah satu ibadah wajib bagi kaum Muslim. Selama menjalankan puasa, tentunya kita kerap merasa lemas dan mengantuk karena harus menahan lapar dan dahaga selama belasan jam. Kondisi ini dapat menghambat produktivitas kita dalam berkegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan disampaikan kiat-kiat yang dapat diterapkan agar kita tetap bersemangat dan bertenaga selama menjalankan puasa. 

1. Tetap terhidrasi

Kebanyakan orang akan mengalami dehidrasi ringan selama berpuasa yang ditandai dengan sakit kepala, kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Untuk mencegah kehausan yang berlebih selama berpuasa, kita dapat membagi waktu minum air putih menjadi: 1 gelas setelah bangun tidur sebelum sahur, 1 gelas setelah sahur, 1 gelas saat berbuka, 1 gelas setelah waktu Magrib, 1 gelas setelah makan malam, 1 gelas setelah waktu Isya’, 1 gelas setelah waktu Tarawih, dan 1 gelas sebelum tidur. Selain itu, sebaiknya menghindari minum teh atau kopi sebelum berpuasa karena mengandung kafein yang bersifat diuretik. Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran juga sangat disarankan karena selain mengandung kadar air tinggi juga mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh.

2. Pilih makanan yang bergizi seimbang dengan porsi cukup

Makan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa dapat membuat tubuh merasa lebih kenyang karena otak dapat memproses dengan baik apa yang kita masukkan ke dalam tubuh (1). Selain itu, penting untuk memperhatikan porsi makanan dan pemilihan makanan yang bergizi seimbang. Tubuh memerlukan gizi yang cukup sebagai kompensasi selama berpuasa. Kita dapat memilih jenis karbohidrat kompleks seperti roti gandum utuh, oatmeal, nasi, kentang, pasta, dan sereal agar tubuh dapat merasa kenyang lebih lama dan mengurangi konsumsi makanan dengan gula sederhana seperti biskuit, coklat, dan kue (4). Usahakan untuk selalu menyediakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral agar kebutuhan gizi tubuh tetap terpenuhi meskipun berpuasa

3.Lakukan aktivitas fisik ringan

Selama berpuasa tubuh secara alami menjadi kurang aktif karena berkurangnya asupan makanan. Oleh karena itu, kita dapat mengganti olahraga yang memberatkan tubuh menjadi aktivitas ringan seperti berjalan kaki, melakukan pekerjaan rumah tangga, atau melakukan peregangan. Hal ini penting dilakukan agar tubuh terasa lebih bugar. Apabila ingin berolahraga berat, sebaiknya dilakukan setelah berbuka puasa.

 

Referensi

  1. British Nutrition Foundation (2022). A Healthy Ramadan. [online] Available at: https://www.nutrition.org.uk [Accessed 18 Mar. 2022].
  2. Khuraaki (2022). A Guide on Healthy Eating and Hydration During Ramadan. [online] Available at: https://khuraaki.co.uk/ [Accessed 18 Mar. 2022].
  3. Shadman Z, Akhoundan M, Poorsoltan N (2016). Nutritional Education Needs in Relation to Ramadan Fasting and Its Complications in Tehran, Iran. Iran Red Crescent Med J. 18(8):e26130.
  4. UCLA Health (2019). Healthy Tips for Ramadan. [online]. Available at: https://connect.uclahealth.org/2019/05/01/healthy-tips-for-ramadan/ [Accessed 18 Mar. 2022].

Mengenal Personalized Nutrition : Peran Nutrigenetik dan Nutrigenomik

BeritaEdukasi Tuesday, 15 March 2022

Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat kini dirasakan di berbagai sektor, tak terkecuali di bidang gizi dan kesehatan. Adanya konsep paradigma medis melalui pendekatan prediktif, preventif, personal, dan partisipatif dapat mengelola dan mendukung status kesehatan secara spesifik pada setiap individu. Personalized nutrition merupakan konsep dasar ilmu yang menunjukkan bahwa setiap individu memiliki perbedaan metabolisme, genetika, biokimia, dan mikrobiota yang berkontribusi dalam respon tubuh terhadap asupan gizi. Oleh karena itu, konsep dalam personalized nutrition menerapkan multidisiplin ilmu gizi, kedokteran, biologi, epigenetik, dan genomik untuk melihat hubungan variasi dalam individu terhadap suatu risiko penyakit.  

Nutrigenetik dan nutrigenomik memegang peranan penting dalam rekomendasi gizi berbasis genetik atau personalized nutrition. Setiap individu memiliki genetik yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap nutrisi. Nutrigenetik menggambarkan interaksi variasi genetik dengan lingkungan termasuk nutrisi yang terkandung dalam makanan. Sedangkan nutrigenomik menunjukkan dampak asupan zat gizi (makronutrien, mikronutrien, dan bioaktif) pada ekspresi gen, dimana zat gizi dapat mengaktivasi atau mengabaikan gen tertentu. Dengan demikian, nutrigenetik berperan memberikan gambaran respon individu terhadap lingkungan dan nutrigenomik akan menunjukkan rekomendasi diet yang tepat. 

Salah satu contoh penerapan ilmu nutrigenetik untuk menggambarkan adanya interaksi gen dan nutrisi yaitu aktivitas enzim metilen-tetra-hidro folat reduktase (MTHFR). Enzim MTHFR yang terlibat dalam metabolisme asam folat dan pemeliharaan kadar homosistein. Gen MTHFR tertentu SNP (C677T dan A 1298C) dikaitkan dengan adanya peningkatan kadar homosistein dalam darah, terutama pada kondisi asupan asam folat yang kurang. Selain itu, individu dengan aktivitas enzim MTHFR rendah biasanya disertai dengan peningkatan kadar homosistein, dimana kondisi ini berhubungan dengan adanya peradangan dan penyakit jantung, kesulitan untuk hamil, kelainan bawaan, dan berpotensi memiliki gangguan kemampuan detoksifikasi. Untuk itu, asupan mikronutrien meliputi asam folat, vitamin B6, dan B12 sangat penting untuk menjaga kadar homosistein.

Berdasarkan ilmu nutrigenomik, contoh dampak asupan zat gizi pada ekspresi gen dapat diketahui melalui penyakit fenilketonuria. Fenilketonuria atau PKU menjadi salah satu penyakit gangguan metabolisme bawaan akibat adanya mutasi pada gen tunggal, sehingga harus menghindari makanan yang mengandung asam amino fenilalanin. Kadar fenilalanin yang tinggi di dalam tubuh dapat mengganggu fungsi otak, gangguan mental, dan kejang.

Kini, semakin banyak studi ilmu nutrigenetik dan nutrigenomik yang berkaitan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit, termasuk penyakit kronis seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2, kanker, dan penyakit kardiovaskuler. Ilmu personalized nutrition tentu sangat bermanfaat bagi seorang ahli gizi atau dietitian dalam memberikan rekomendasi gizi yang tepat dan sesuai sifat genetik pada tiap individu. Dengan mengetahui peranan nutrigenetik dan nutrigenomik dalam personalized nutrition, diharapkan ilmu ini akan terus berkembang sebagai konsep dasar pemberian rekomendasi gizi.  

 

Archibald, A. and Joffe, Y., 2021. The Role of Nutrigenetics and Nutrigenomics in Clinical Nutrition Practice. ADCES in Practice, 9(2), pp.34-40. 

Bush, C.L., Blumberg, J.B., El-Sohemy, A., Minich, D.M., Ordovás, J.M., Reed, D.G. and Behm, V.A.Y., 2020. Toward the definition of personalized nutrition: a proposal by the American Nutrition Association. Journal of the American College of Nutrition, 39(1), pp.5-15.

Di Renzo, L., Gualtieri, P., Romano, L., Marrone, G., Noce, A., Pujia, A., Perrone, M.A., Aiello, V., Colica, C. and De Lorenzo, A., 2019. Role of personalized nutrition in chronic-degenerative diseases. Nutrients, 11(8), p.1707. 

Marcum, J.A., 2020. Nutrigenetics/nutrigenomics, personalized nutrition, and precision healthcare. Current nutrition reports, 9(4), pp.338-345.

Sharma, P. and Dwivedi, S., 2017. Nutrigenomics and nutrigenetics: new insight in disease prevention and cure. Indian Journal of Clinical Biochemistry, 32(4), pp.371-373.

Uthpala, T.G.G., Fernando, H.N., Thibbotuwawa, A. and Jayasinghe, M., 2020. Importance of nutrigenomics and nutrigenetics in food Science. MOJ Food Processing & Technology, 8(3), pp.114-119.

12

Berita Terkini

  • Daftar Sekarang! SPORTIFITNESS 10: Short Course & Workshop Sport and Wellness Nutrition Gizi Olahraga Prestasi Level 1 (Basic)
    09/09/2025
  • Peneliti PKGM UGM Angkat Isu Pangan Berkelanjutan di Forum Gizi Dunia
    03/09/2025
  • Siswa SMPIT LHI Banguntapan Dilatih Jadi Content Creator Muda
    26/08/2025
Universitas Gadjah Mada

Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM)
(Center for Health and Human Nutrition/CH2N)

Gd Litbang FK-KMK Lt.3, Jalan Medika No.1, Sendowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Telp./Faks. (0274) 547775
Email: ch2n.fk@ugm.ac.id

© PKGM-FKKMK UGM 2021

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY