Yogyakarta – Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia, FK-KMK, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Tim Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) 2021 menyelenggarakan Pelatihan Systematic Review dan Meta-Analysis pada 17 Februari 2021 secara daring. Acara ini dihadiri oleh 29 peserta yang berasal dari 4 perguruan tinggi yang tergabung dalam RKI 2021 yaitu Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, dan Institut Teknologi Bandung. Kegiatan berlangsung pukul 09.00-11.30 WIB dengan menghadirkan narasumber Dr. Ricvan Dana Nindrea, SKM., M.Kes dari Universitas Andalas.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas peneliti sekaligus mendukung aktivitas Tim RKI dalam melaksanakan penelitian berbasis data sekunder, salah satunya melaksanakan systematic review dan meta-analysis. Acara dibuka oleh Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes sebagai Ketua Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia, FK-KMK UGM dan Trias Mahmudiono S.KM, MPH (Nutr.), GCAS, Ph.D dari Universitas Airlangga sebagai Ketua Tim RKI. Selanjutnya, narasumber memberikan paparan yang menarik terkait systematic review dan meta–analysis, mulai dari apa perbedaannya, tahapan-tahapan dalam penulisan, kiat-kiat untuk menulis systematic review dan meta-analysis, serta memberikan demonstrasi melakukan meta-analysis menggunakan software RevMan.
Narasumber memiliki pengalaman yang luar biasa dalam menulis systematic review dan meta-analysis. Hal tersebut ditambah dengan metode pemaparan yang menarik sehingga diskusi dan sharing yang dilakukan dapat berlangsung dengan hangat.
Melihat antusiasme dan banyaknya gagasan yang muncul dalam pelatihan ini, PKGM FK-KMK UGM sebagai penyelenggaran pelatihan berencana akan kembali melanjutkan pelatihan serupa dengan materi-materi yang lebih mendalam. Harapannya, peserta dapat langsung mempraktikkan tahapan yang harus dilalui dalam menyusun systematic review dan meta-analysis secara bersama-sama di sesi pelatihan sehingga terdapat output yang dapat dimanfaatkan oleh peserta pasca pelatihan.
Kegiatan kolaborasi yang melibatkan berbagai universitas seperti yang dilakukan dalam pelatihan kali ini merupakan salah satu hal yang harus dipertahankan dan dilanjutkan. Keanekaragaman perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan berbagai sudut pandang dalam memecahkan masalah gizi baik pada ibu maupun anak-anak di Indonesia. [MHH/MW]