Pernah mendengar kata “stunting” dalam sehari-hari ? Tentu sudah tidak asing kan untuk kita semua. Stunting sendiri tidak bisa dianggap remeh, lho. Stunting sendiri dapat terjadi pada anak-anak seluruh dunia, terutama pada negara berkembang. Menurut WHO, pada tahun 2020, diperkirakan sekitar 149 juta anak di seluruh dunia menderita stunting. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia sendiri sebanyak 30, 8 % anak-anaknya menderita stunting. Hal itu membuat Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia dengan penderita stunting terbanyak. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga dapat mempengaruhi pendidikan dan produktivitas di masa depan. Untuk itu, diperlukan perhatian serius dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini.
Apa sih stunting itu ?
Stunting (pendek) merupakan ganguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) <-2 SD. Balita dikatakan stunting apabila Z-score tinggi badan menurut umurnya berada dibawah garis normal yaitu kurang dari -2SD dikatakan pendek dan kurang dari -3SD dikategorikan sangat pendek. (Kemenkes RI. 2010). Stunting pada anak dapat terjadi ketika masih janin hingga berusia dua tahun. Pada usia tersebut, otak dan organ tubuh anak masih dalam masa perkembangan dan membutuhkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal. Stunting dapat berdampak buruk pada kesehatan dan perkembangan anak, serta memiliki konsekuensi jangka panjang yang merugikan bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah stunting perlu menjadi perhatian utama kita sebagai generasi yang peduli akan masa depan anak-anak.
Mengapa mencegah stunting itu penting ?
Pencegahan stunting penting dilakukan karena kondisi tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mental dan fisik anak. Stunting dapat menyebabkan keterbatasan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kesehatan, pekerjaan, dan pendidikan. Anak yang mengalami stunting juga memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit infeksi, memiliki kemampuan belajar yang rendah, dan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk meraih potensi mereka.
Apa penyebab stunting ?
- Praktek pengasuhan yang kurang baik, mulai dari kehamilan hingga setelah melahirkan.
- Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care.
- Masih kurangnya akses rumah tangga / keluarga ke makanan bergizi, air, bersih, dan sanitasi.
Lalu, bagaimana cara mencegah stunting ?
- Memberikan pendidikan dan informasi tentang gizi yang baik.
- Menjaga kesehatan ibu selama kehamilan.
- Memberikan asupan gizi yang cukup pada anak-anak.
- Memberikan ASI eksklusif.
- Meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan.
- Meningkatkan akses terhadap sumber daya.
[@elsya.ty_l]