Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi, berakhir hilang atau terbuang saat proses panen dan konsumsi, yang dikenal dengan istilah food loss dan food waste. Di tingkat global, food loss dan food waste berkontribusi pada 4.4 gigaton emisi gas rumah kaca (FAO, 2015). Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2023, sisa makanan menyumbang kontribusi terbesar sampah dengan persentase mencapai 40,91%, lebih banyak dibandingkan sampah plastik sebesar 19,18%. Selama ini kesadaran masyarakat akan sampah lebih banyak terpusat pada sampah plastik. Sebaliknya, sampah sisa makanan masih dipandang sebelah mata. Padahal sampah sisa makanan memberikan dampak negatif juga terhadap lingkungan.
Apa itu Food Loss dan Food Waste?
Food loss merujuk pada makanan yang hilang di berbagai tahap produksi, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan sebelum mencapai tahap konsumsi. Sedangkan food waste adalah sisa makanan masih layak konsumsi yang terbuang sebagai sampah.
Food Loss dapat terjadi sejak tahap produksi hingga distribusi, seperti hasil panen rusak karena cuaca ekstrem, makanan mengalami kerusakan selama transportasi, penyimpanan yang tidak
tepat sehingga makanan menjadi tidak layak konsumsi sebelum sampai ke konsumen. Food waste sering ditemukan di tahap konsumsi di akhir rantai pasok makanan, seperti di rumah tangga, restoran, atau supermarket. Ruang lingkup food loss dan food waste dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Ruang Lingkup Food Loss dan Food Waste
Sumber: Bappenas. (2021). Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Penyebab Food Loss dan Food Waste
Penyebab food loss dan food waste berasal dari aspek yang cukup berbeda. Food loss dapat disebabkan karena faktor eksternal manusia seperti kondisi lingkungan, infrastruktur yang buruk, dan praktik manajemen yang tidak efisien selama produksi hingga distribusi. Sedangkan food waste sebagian besar timbul karena faktor internal seseorang seperti konsumen tidak menyukai makanan, mempersiapkan makanan dengan berlebihan, kesadaran yang kurang akan nilai makanan, dan perhatian yang kurang terhadap manajemen sisa makanan. Penyebab food waste lainnya adalah terkait keamanan pangan karena makanan melebihi tanggal kadaluarsa.
Situasi dan Dampak Food Loss dan Food Waste di Indonesia
Bappenas Republik Indonesia telah merilis Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia tahun 2021. Bappenas melaporkan timbulan food loss dan food waste di Indonesia pada tahun 2000-2019 mencapai angka 115-184 kg/kapita/tahun atau rata-rata dalam satu bulan seseorang bisa menghasilkan 9,6-15,3 kg timbulan food lost dan food waste. Dari aspek tahap rantai pasok, timbulan terbesar di temukan di tahap konsumsi. Dari aspek sektor dan jenis pangan, timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan kategori padi-padian. Sementara sektor pangan paling tidak efisien adalah tanaman hortikultura, yaitu di kategori sayur-sayuran.
Dampak yang ditimbulkan dari food loss dan food waste mengancam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya lingkungan namun ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam rentang waktu 2000 hingga 2019, total emisi timbulan Food loss dan food waste diestimasi mencapai 1.702,9 Mt CO2, ek, dengan rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia. Kerugian dari timbulan food loss dan food waste tersebut diperkirakan mencapai 213-551 triliun rupiah/tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia. Jumlah orang yang dapat diberi makan dari kehilangan kandungan gizi dari food loss dan food waste tahun 2000-2019 adalah sebanyak 61-125 juta orang atau 29, 47% populasi Indonesia.
Ancaman food loss dan food waste harus disikapi oleh setiap orang dengan lebih bijak dan sadar akan pentingnya menghargai makanan sehingga jumlah kehilangan dan sampah yang dihasilkan dapat ditekan seminimal mungkin.
Sumber:
Helmyati dkk. 2024. Mengenal Lebih Dekat Sustainable Healthy Diet, Makan Sehat yang Ramah Lingkungan. Yogyakarta: Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia