Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting, karena dimanapun manusia berada, pasti membutuhkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat ini, kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia masih cukup rendah, kurang beragam, serta masih didominasi dengan pangan sumber karbohidrat terutama berasal dan gandum. Padahal, pangan lokal di Indonesia cukup beragam, dan memiliki kandungan gizi yang tidak kalah penting dengan beras maupun gandum.
Menurut Undang – undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012, pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Umumnya, pangan lokal diproduksi, diolah, dan dikonsumsi oleh masyarakat setempat, serta memiliki keunikan tersendiri yang dipengaruhi oleh kondisi geografis, iklim, dan tradisi kuliner daerah tersebut. Pemenuhan pangan pokok tidak hanya dipenuhi dari beras, sehingga perlu diversifikasi pangan yang telah dituangkan dalam Perpres No 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.
Diversifikasi pangan lokal telah menjadi isu penting dalam upaya mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan dan peningkatan kesehatan masyarakat. Di banyak negara, termasuk Indonesia, pola makan sering kali didominasi oleh beberapa bahan pokok seperti beras atau gandum, yang menyebabkan ketergantungan tinggi terhadap satu jenis pangan. Diversifikasi pangan adalah upaya untuk memperluas spektrum sumber makanan dengan memanfaatkan berbagai jenis bahan pangan lokal yang ada di suatu daerah.
Indonesia memiliki sagu, jagung, singkong, dan ubi jalar yang merupakan sumber pangan lokal yang melimpah. Namun kurang dimanfaatkan dan kurang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dibandingkan beras. Padahal jika dilihat dan diteliti lebih lanjut berbagai macam pangan lokal mulai dari umbi – umbian, buah – buahan, sayuran, kacang – kacangan, dan biji – bijian memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas diet masyarakat.
Diversifikasi pangan lokal tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan pangan, namun juga dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan, seperti meningkatkan asupan zat gizi dalam tubuh serta mencegah terjadinya penyakit dalam tubuh. Berikut pembahasan singkat berbagai manfaat dari diversifikasi pangan lokal terhadap kesehatan
- Meningkatkan asupan zat gizi dalam tubuh
Pangan lokal lebih kaya akan kandungan gizinya karena belum mengalami proses pengolahan yang dapat mengurangi kandungan gizinya. Misalnya, umbi-umbian lokal seperti ubi jalar dan singkong kaya akan karbohidrat kompleks dan serat, sebagai sumber energi dan kesehatan pencernaan. Buah-buahan lokal seperti mangga, pisang, dan pepaya, menyediakan vitamin dan mineral penting seperti vitamin C, kalium, serta serat pangan. Demikian juga, kacang-kacangan lokal seperti kacang tanah dan kedelai kaya akan protein nabati, yang berfungsi sebagai sumber protein alternatif selain daging.
Dalam banyak kasus, masyarakat di pedesaan yang mengonsumsi makanan lokal lebih beragam cenderung memiliki pola makan yang lebih seimbang. Data dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) 2021 menyebutkan bahwa jenis makanan padi – padian, umbi berpati serta sayur dan buah berturut – turut 4.7%, 31.1% dan 2.1% lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yang lebih banyak konsumsi protein hewani, protein nabati, lemak serta minuman.
Dalam Penelitian juga menunjukkan bahwa, konsumsi beragam pangan lokal dapat membantu mencegah kekurangan mikronutrien yang sering terjadi pada masyarakat yang mengandalkan satu jenis makanan pokok, seperti nasi. Kekurangan mikronutrien ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius, seperti anemia, rabun senja, serta osteoporosis.
- Pangan Lokal Membantu Mencegah Penyakit Tidak Menular
Diversifikasi pangan lokal juga dapat berperan penting dalam pencegahan penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Pola makan yang tinggi serat dari pangan lokal seperti jagung, kacang-kacangan, dan sayuran, dapat membantu mengontrol kadar gula darah dan mencegah obesitas, yang merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2.
Dalam sebuah penelitian (Sihite, 2023) mengungkapkan bahwa, makanan lokal seperti ubi jalar, kaya akan beta-karoten dan antioksidan dapat membantu mengurangi risiko kanker serta penyakit tidak menular lainnya seperti hipertensi, darah tinggi dan obesitas. Selain itu ubi jalar ungu mengandung antosianin yang berfungsi untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya penuaan dini, penyakit kanker, serta membantu mengontrol kadar gula dalam darah. Kemudian, buah – buahan tropis seperti manggis dan rambutan mengandung polifenol dan antioksidan yang membantu melawan peradangan dan mencegah kerusakan sel yang dapat memicu perkembangan kanker .
- Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Pangan lokal yang kaya serat, seperti singkong, jagung, serta sayuran hijau lokal, berperan penting dalam menjaga kesehatan pencernaan. Serat pangan membantu memfasilitasi pergerakan usus yang sehat, mencegah sembelit, dan mendukung pertumbuhan mikrobiota usus yang sehat. Mikrobiota usus yang seimbang sangat penting untuk menjaga kekebalan tubuh serta mengurangi resiko peradangan kronis yang dapat menyebabkan penyakit seperti kanker usus besar. Selain itu, serat pangan juga dapat membantu memperlambat penyerapan gula dalam darah, yang penting bagi penderita diabetes dalam mengontrol kadar gula darahnya.
- Ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan
Selain memiliki manfaat untuk kesehatan, diversifikasi pangan lokal juga berperan dalam ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Pangan lokal sering kali lebih mudah diakses, lebih terjangkau, dan lebih sesuai dengan kondisi ekosistem setempat, sehingga tidak membutuhkan input pertanian yang tinggi seperti pupuk kimia atau pestisida. Kemudian, dengan memanfaatkan pangan lokal, masyarakat dapat meningkatkan ketahanan pangan mereka, terutama di masa krisis atau bencana alam ketika pasokan makanan dari luar daerah mungkin terganggu.
Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mencoba memulai mengkonsumsi dan memanfaatkan pangan lokal Indonesia sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara umum.
Referensi :
- (2013). Guidelines for Measuring Household and Individual Dietary Diversity. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations
- Sri Widowati dan Rizki Amalia Nurfitriani. 2023. Diversifikasi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Budaya. Penerbit BRIN, 2023 : Jakarta
- Diya Salsabila, Lilik Hidayanti, Yana Listyawardhani. 2023. Pola Makan dan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. Jurnal Riset Gizi. Vol. 11 No 2 2023
- Micha, R., Peñalvo, J. L., Cudhea, F., Imamura, F., Rehm, C. D., & Mozaffarian, D. 2017. Association Between Dietary Factors and Mortality From Heart Disease, Stroke, and Type 2 Diabetes in the United States. JAMA, 317(9), 912–924..
- Rinninella, E., Raoul, P., Cintoni, M., et al. 2019. What is the Healthy Gut Microbiota Composition? Microorganisms, 7(1), 14
- Sihite, Nathasa Weisdania dan Mina Sonita Hutasoit. 2023. Potensi Bahan Pangan Lokal Indonesia Sebagai Pangan Fungsional dan Manfaatnya Bagi Kesehatan: A Review. Jurnal Riset Gizi, Vol. 11 No.2
Kontributor Artikel: Ulfi Rahma Yunita, S.Gizi, M.Gizi