• UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
    • Kalender Kegiatan
    • Kegiatan Terdekat
    • Berita
    • Konten Edukasi
    • Magang
    • Laporan Tahunan
  • Tentang PKGM
    • Profil
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Peneliti
    • Kontak Kami
  • Kegiatan
    • Penelitian
    • Pengabdian Masyarakat
    • Pelatihan
    • Publikasi
  • Pengalaman Kerjasama
    • Perusahaan
    • Pemerintah
  • LUARAN KEGIATAN
    • Buku dan Modul
    • Video
    • POLICY BRIEF
    • ARTIKEL JURNAL
  • Beranda
  • Konten Edukasi
  • Bagaimana Peran Sinbiotik dalam Pengaturan Nafsu Makan?

Bagaimana Peran Sinbiotik dalam Pengaturan Nafsu Makan?

  • Konten Edukasi
  • 8 November 2024, 10.57
  • Oleh: helmyati
  • 0
Salah satu topik yang semakin banyak diteliti karena memiliki manfaat yang cukup besar bagi kesehatan, terutama pencernaan dan nafsu makan yaitu kombinasi antara probiotik dan prebiotik yang biasa disebut dengan Sinbiotik. Kombinasi probiotik dan prebiotik yang bekerja secara sinergis dapat meningkatkan kesehatan mikrobiota usus. Probiotik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium sering digunakan dalam sinbiotik untuk meningkatkan kesehatan pencernaan, sementara prebiotik seperti inulin atau fruktooligosakarida (FOS) membantu memfasilitasi pertumbuhan dan aktivitas probiotik di usus.

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa konsumsi sinbiotik tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan pencernaan, tetapi juga berpotensi mempengaruhi mekanisme biologis yang terlibat dalam pengaturan nafsu makan terutama menurunkan nafsu makan. Berikut beberapa manfaat mengonsumsi sinbiotik dalam menurunkan nafsu makan:

1. Meningkatkan Hormon “Rasa Kenyang” (Hormon Leptin)

Hormon leptin memiliki tugas memberikan sinyal kepada otak untuk mengurangi rasa lapar. Prebiotik dalam sinbiotik dapat difermentasi oleh bakteri probiotik di usus besar menjadi asam lemak rantai pendek atau Short Chain Fatty Acids (SCFA) seperti asetat, propionate, dan butirat. SCFA berperan penting dalam meningkatkan sekresi hormon yang berkaitan dengan rasa kenyang, seperti peptida YY (PYY) dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1). Hormon tersebut memberikan sinyal kepada otak untuk mengurangi rasa lapar dan memperpanjang perasaan kenyang setelah makan. Dalam sebuah studi oleh Chambers et al. (2015), ditemukan bahwa propionat, yang dihasilkan melalui fermentasi prebiotik, mampu merangsang pelepasan GLP-1 dan PYY, yang keduanya dikenal sebagai hormon penekan nafsu makan. Efek ini membantu menurunkan asupan kalori dan berpotensi mendukung penurunan berat badan

2. Mengurangi Kadar Hormon Ghrelin

Selain dapat meningkatkan hormon kenyang, sinbiotik juga dapat mempengaruhi kadar hormon ghrelin atau disebut dengan “hormon lapar” karena perannya dalam merangsang nafsu makan. Beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi sinbiotik dapat membantu menekan kadar ghrelin, sehingga mengurangi perasaan lapar dan keinginan untuk makan. Dalam sebuah penelitian oleh Noormohammadi (2023) menemukan bahwa konsumsi sinbiotik berbasis Bifidobacterium dan inulin secara signifikan dapat menurunkan kadar ghrelin pada subjek yang mengalami obesitas, yang pada akhirnya memberikan kontribusi untuk mengurangi asupan makan dan mengontrol nafsu makan menjadi lebih baik.

3. Memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus

Keseimbangan mikrobiota usus berperan penting untuk mengatur metabolisme energi dan nafsu makan. Adanya ketidakseimbangan mikrobiota usus dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan resiko obesitas dan resistensi terhadap sinyal rasa kenyang. Sinbiotik dapat memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus dengan cara meningkatkan populasi bakteri baik, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pengaturan nafsu makan. Sebuah studi oleh Lauw (2023) juga menunjukkan bahwa suplementasi sinbiotik pada individu dengan obesitas dapat memperbaiki profil mikrobiota usus, meningkatkan produksi SCFA, dan mengatur pengeluaran hormon terutama hormon nafsu makan.

4. Memperlambat pengosongan lambung

Prebiotik yang tidak dapat dicerna di saluran cerna bagian atas, dapat  memperpanjang rasa kenyang setelah makan. Sehingga dapat memperlambat waktu pengosongan lambung. Hal ini dapat menurunkan frekuensi makan dan asupan kalori serta membantu untuk mengontrol berat badan. Selain memiliki peran yang telah dijelaskan diatas, sinbiotik juga memiliki peranan positif untuk mengobati beberapa penyakit seperti dermatitis atopik, gangguan pada saluran cerna (gastrointestinal disorder), diabetes, ensefalopati hepatik, sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrom),  metabolic disorders, dan menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

 

 

Jika anda mempunyai tujuan untuk menurunkan berat badan, maka tidak hanya sekedar mengatur pola makan dan  teknik memasaknya. Namun, perlu juga untuk menambahkan jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Salah satunya dengan menambahkan prebiotik,  probiotik, atau gabungan keduanya (sinbiotik) dalam makanan yang kita konsumsi sehari – hari. Salah satu contoh makanan sinbiotik yang dapat dikonsumsi seperti  salad buah sebagai sumber serat yang ditambah dengan yoghurt sebagai sumber probiotik atau  mengkonsumsi makanan fermentasi lokal seperti tempe sebagai sumber probiotik alami dengan tambahan sayuran. Kombinasi makanan tersebut dapat kita konsumsi sehari – hari dan menambah asupan sinbiotik dalam tubuh serta dapat memberikan efek positif bagi pencernaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

 

Referensi:

  1. Chambers, E. S., et al. (2019). Postprandial gastrointestinal hormone responses and appetite regulation in humans following inulin-propionate ester ingestion. The American Journal of Clinical Nutrition, 110(4), 883-891.
  2. Chamber, E.S et al. (2015). Effect of Targeted Delivery of Propionate to The Human Colon on Appetite Regulation, Body Weight Maintenance and Adiposity in Overweight Adults. Gut Microbiota; 64:1744 – 1754
  3. Lauw, Susana, et al (2023). Effect of Synbiotic Supplementation on Metabolic Syndrome Traits and Gut Microbial Profile Among Overweight and Obese Hongkong Chinese Individuals: A Randomized Trial. Nutrients, 15, 4248
  4. Haliman, Chika Dewi dan Silvia Alfinnia. 2021. Gut Microbiota, Prebiotics, Probiotics, and Synbiotics in Management of Obesity. Media Gizi Kesmas, Vol. 10. No.1 Juni 2021: Hal. 149 – 156
  5. Jiang, Haoran, et al. 2022. Synbiotics and Gut Microbiota: New Perspective in The Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Foods, 11, 2438
  6. Noormohammadi, Morvarid, et al. 2023. The effect of Probiotic and Synbiotic Supplementation on Appetite Regulating Hormones and Desire to Eat : A Systematic Review and Meta Analysis of Clinical Trials. Phamacological Research, 187

 

Kontributor Artikel: Ulfi Rahma Yunita, S.Gizi, M.Gizi

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Berita Terkini

  • Obesitas Perlu Dicegah Pada Pekerja, Bagaimana Strateginya?
    03/06/2025
  • Kenalkan tentang Pangan Fungsional, Prof Lily Arsanti Singgung Pengembangkan Pangan Olahan Berbasis Lokal untuk Intervensi Gizi dan Kesehatan
    28/05/2025
  • Kenalkan Tuberkulosis Sejak Dini, PKGM Ajak Pelajar SMP untuk Akhiri Stigma TB di Masyarakat.
    19/05/2025
Universitas Gadjah Mada

Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM)
(Center for Health and Human Nutrition/CH2N)

Gd Litbang FK-KMK Lt.3, Jalan Medika No.1, Sendowo, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Telp./Faks. (0274) 547775
Email: ch2n.fk@ugm.ac.id

© PKGM-FKKMK UGM 2021

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju