Belum lama ini media sosial digemparkan dengan berita keracunan massal yang dialami oleh sekelompok warga di sebuah desa di Jawa Barat. Penyebab keracunan diduga berasal dari makanan yang diperoleh warga dari acara tahlilan. Korban keracunan mengalami gejala perut sakit dan buang air besar berkali-kali setelah mengonsumsi makanan tersebut. Alhasil banyak korban mengalami kekurangan cairan sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Fenomena keracunan massal karena makanan seperti di atas sudah sering kita temui. Keracunan umumnya disebabkan karena kontaminasi bakteri patogen pada makanan yang dikonsumsi. Kondisi ini disebut juga dengan foodborne illness atau penyakit bawaan makanan. Foodborne illness menimbulkan gejala yang dapat dirasakan dalam hitungan menit hingga beberapa minggu setelah seseorang mengonsumsi makanan/minuman terkontaminasi. Umumnya gejala tersebut seperti mual, muntah, diare, atau demam. Jika tidak segera teratasi penyakit ini akan berdampak serius hingga menyebabkan kematian pada beberapa orang dengan risiko tinggi seperti bayi, anak kecil, wanita hamil, lansia, dan orang-orang dengan imunitas lemah (seperti penyintas HIV/AIDS, kanker, diabetes).
Kamu tidak perlu khawatir, sebagian besar kasus foodborne illness dapat dicegah dengan memasak atau memproses makanan dengan benar untuk membasmi patogen. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah foodborne illness yaitu
1. Cuci tangan menggunakan sabun.
Tangan menjadi perantara untuk memasukan makanan ke dalam mulut. Sehingga menjaga kebersihan tangan menjadi hal yang mendasar. Upayakan mencuci tangan menggunakan sabut selama 20 detik. Biasakan mencuci tangan pada tiga waktu penting yaitu setelah menggunakan kamar mandi, sebelum memasak, dan sebelum makan.
2. Pisahkan makanan mentah dan makanan matang.
Jangan gunakan piring yang terkontaminasi daging mentah, unggas, atau makanan laut untuk hal lain kecuali mencuci piring terlebih dahulu dengan air sabun panas. Disarankan untuk mencuci peralatan yang telah menyentuh daging mentah jika peralatan tersebut juga digunakan untuk menangani daging matang.
3. Marinasi makanan di dalam kulkas, bukan di atas meja (suhu ruang).
Perlu diingat bahwa bakteri berkembang cepat pada suhu 5°C hingga 60°C. Jika ingin menggunakan sebagian bumbu marinasi sebagai saus pada makanan setelah dimasak, gunakan bumbu yang belum terkontaminasi daging atau bahan mentah.
4. Masak makanan hingga matang.
Masak semua daging-dagingan hingga suhu internal minimum 145 °F atau 63 °C yang diukur dengan termometer makanan sebelum mengeluarkan daging dari sumber panas. Masak semua daging giling mentah hingga mencapai suhu internal minimum 160 °F atau 71 °C dan unggas hingga suhu internal minimum 165 °F atau 74 °C, yang diukur dengan termometer makanan. Jika tidak memiliki termometer makanan pastikan memasak daging hingga berwarna kecoklatan (tidak menyisakan warna merah muda di dalam daging).
5. Dinginkan dan bekukan makanan dengan segera.
Jangan membiarkan makanan berada di luar lemari pendingin atau di atas panggangan selama lebih dari 2 jam. Pada suhu ruang 30 °C, makanan tidak boleh dibiarkan di ruangan selama lebih dari 1 jam.
6. Menjaga suhu makanan panas tetap panas, dan makanan dingin tetap dingin.
Bungkus dengan baik makanan dan letakkan di dalam wadah kedap udara. Jika membungkus makanan, pastikan untuk memakannya dalam waktu dua jam setelah membelinya. Saat memanaskan kembali makanan ini, pastikan suhu makanan mencapai 165 °F atau 74 °C. Makanan dingin seperti salad atau dessert disimpan pada suhu kurang dari 40 °F atau 4 °C. Gunakan batu es untuk menjaga suhunya tetap dingin saat dihidangkan dalam pesta.
Kontributor: Lintang Aryanti, S.Gz
Referensi: