Untuk mewujudkan target penurunan angka stunting sebesar 14% pada tahun 2024, diperlukan aksi konvergensi lintas sektor yang dilakukan secara terarah, kolaboratif, dan holistik. Peran kolaborasi multisektoral yang melibatkan unsur PENTAHELIX yakni akademisi, pemerintah, komunitas, media, dan dunia usaha sangat diperlukan sehingga peran strategis masing-masing pihak dapat dioptimalkan dalam rangka konvergensi penurunan stunting. Hal ini sejalan dengan strategi nasional untuk percepatan penurunan stunting baik di level pusat, daerah, hingga desa. Sebagai sarana untuk mengoptimalkan kolaborasi lintas sektor dan menjalin komunikasi yang konstruktif, dibentuk suatu kanal berbagi informasi melalui kegiatan bertajuk URUN REMBUG.
Pelatihan dan pengembangan perlu dilaksanakan secara berkelanjutan baik kepada perguruan tinggi yang akan berperan sebagai pendamping daerah dalam melaksanakan upaya penurunan stunting, organisasi perangkat daerah sebagai regulator dan pelaksana program, serta berbagai pihak yang memiliki perhatian pada isu stunting di DIY dan Indonesia.
Pelatihan akan dilaksanakan dalam 3 topik besar yaitu 1) Analisis Situasi dan Pemanfaatan Data, 2) Analisis Kebijakan dan Penyusunan Policy Brief, 3) Monitoring dan Evaluasi Program. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dan luring terbatas. Kegiatan ini terbuka untuk seluruh pihak namun secara khusus kami mengundang staf pelaksana program, manajer program, staf pengelola data dari organisasi perangkat daerah yang melaksanakan program penurunan stunting baik secara langsung atau tidak langsung serta pendamping dari perguruan tinggi
Kegiatan-kegiatan peduli stunting yang dilaksanakan di DI Yogyakarta diharapkan akan terus berkembang dan semakin besar. Implementasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi, khususnya melibatkan dosen dan mahasiswa dilaksanakan dalam lingkup tri dharma – pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan pendidikan melibatkan mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan tematik stunting. Pelaksanaan kegiatan ini sangat strategis sebagai wahana pembelajaran bagi mahasiswa melalui skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kegiatan-kegiatan seperti magang dan praktik lapangan dilaksanakan oleh mahasiswa untuk membantu penguatan program penurunan stunting di masyarakat, beberapa di antaranya membantu penguatan tim pendamping keluarga (TPK) dan pengarusutamaan isu stunting kepada dunia usaha.
Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM menyelenggarakan webinar yang mengangkat topik seputar Gizi pada Wanita Usia Subur dan Anak. Acara webinar ini merupakan bagian dari mata kuliah Implementasi Program Gizi yang diselenggarakan oleh mahasiswa semester 8 program studi S1 Gizi Kesehatan dengan bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sasaran yang ingin dituju dari webinar ini adalah karyawan wanita di perusahaan yang menjadi mitra dalam pelaksanaan program dan juga kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) Kampung KB di Provinsi DIY.
Intermittent fasting merupakan suatu pola makan dengan sedikit intake kalori atau tidak mengonsumsi makanan sama sekali dalam periode waktu tertentu dengan jadwal teratur. Intermittent fasting berfokus pada kapan Anda makan dan kapan harus berhenti makan bukan pada makanan apa yang harus dikurangi atau dikonsumsi. Penerapan intermittent fasting hampir sama dengan puasa pada bulan Ramadan, yaitu berpuasa selama kurang lebih 12 jam. Intermittent fasting mempunyai beberapa manfaat, diantaranya dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh, menurunkan kolesterol, menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan menurunkan tekanan darah.
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi kronis yang terjadi di Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia sendiri cukup tinggi, menempati nomor 2 di Asia Tenggara (1). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensinya sebesar 30,8% dan diperkirakan telah menurun menjadi 26,92% pada tahun 2020 (2,3). Akan tetapi, angka tersebut masih berada pada ambang batas atas prevalensi stunting yang telah ditetapkan oleh WHO, yaitu sebesar 20%. Tentunya hal ini menjadi suatu masalah penting yang perlu diatasi bersama, tidak hanya oleh pemerintah saja, tetapi juga masyarakatnya.
Bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa dengan menahan diri dari hawa nafsu dan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa seperti makan dan minum dari terbit fajar sampai matahari terbenam. Tidak hanya rohaniah, puasa juga dapat berdampak jasmaniah seseorang. Sebuah studi yang dilakukan di Arab Saudi menunjukkan bahwa ketika seseorang berpuasa, maka orang tersebut juga akan mengalami beberapa perubahan dalam kesehariannya, seperti kebiasaan makan, kebiasaan tidur, bahkan metabolisme di dalam tubuhnya pun dapat mengalami perubahan (Bahammam, 2010 dalam Norhasanah & Salman, 2021).
Puasa di bulan Ramadan merupakan salah satu ibadah wajib bagi kaum Muslim. Selama menjalankan puasa, tentunya kita kerap merasa lemas dan mengantuk karena harus menahan lapar dan dahaga selama belasan jam. Kondisi ini dapat menghambat produktivitas kita dalam berkegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan disampaikan kiat-kiat yang dapat diterapkan agar kita tetap bersemangat dan bertenaga selama menjalankan puasa.
1. Tetap terhidrasi
Kebanyakan orang akan mengalami dehidrasi ringan selama berpuasa yang ditandai dengan sakit kepala, kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Untuk mencegah kehausan yang berlebih selama berpuasa, kita dapat membagi waktu minum air putih menjadi: 1 gelas setelah bangun tidur sebelum sahur, 1 gelas setelah sahur, 1 gelas saat berbuka, 1 gelas setelah waktu Magrib, 1 gelas setelah makan malam, 1 gelas setelah waktu Isya’, 1 gelas setelah waktu Tarawih, dan 1 gelas sebelum tidur. Selain itu, sebaiknya menghindari minum teh atau kopi sebelum berpuasa karena mengandung kafein yang bersifat diuretik. Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran juga sangat disarankan karena selain mengandung kadar air tinggi juga mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat kini dirasakan di berbagai sektor, tak terkecuali di bidang gizi dan kesehatan. Adanya konsep paradigma medis melalui pendekatan prediktif, preventif, personal, dan partisipatif dapat mengelola dan mendukung status kesehatan secara spesifik pada setiap individu. Personalized nutrition merupakan konsep dasar ilmu yang menunjukkan bahwa setiap individu memiliki perbedaan metabolisme, genetika, biokimia, dan mikrobiota yang berkontribusi dalam respon tubuh terhadap asupan gizi. Oleh karena itu, konsep dalam personalized nutrition menerapkan multidisiplin ilmu gizi, kedokteran, biologi, epigenetik, dan genomik untuk melihat hubungan variasi dalam individu terhadap suatu risiko penyakit.