Remaja memiliki peranan penting dalam pembangunan dan perkembangan suatu bangsa, sebab remaja yang sehat merupakan investasi masa depan. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi beban pada remaja, khususnya remaja putri adalah anemia. Anemia merupakan kondisi penyakit yang ditandai dengan kurangnya sel darah merah dalam tubuh sehingga menyebabkan kondisi lelah, letih, lesu dan berdampak pada produktivitas penderita. Di samping itu, remaja putri yang mengalami anemia berisiko lebih besar melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR) dan stunting (Sartika et al., 2021). Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar 32 % (Riskesdas, 2018). Oleh karena itu, penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja putri menjadi masalah kesehatan yang difokuskan oleh pemerintah.
Konten Edukasi
Anemia merupakan kondisi kelainan darah yang ditandai kurangnya sel darah merah dalam tubuh atau sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini mengakibatkan tubuh tidak dapat memperoleh cukup oksigen. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang serius. Berdasarkan WHO anemia masih diderita 42% anak berusia <5 tahun dan 40% wanita hamil. Gejala yang sering dialami penderita anemia adalah mudah lelah, mudah mengantuk, pusing, pandangan berkunang-kunang, dan wajah terlihat pucat. Penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan zat gizi, seperti vitamin B12, folat, vitamin A, dan zat besi.
Hari raya Idulfitri atau Lebaran merupakan hari yang sangat dinanti-nantikan oleh umat muslim, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Lebaran identik dengan suasana kekeluargaan, berkumpul, mengobrol, dan juga erat kaitannya dengan tradisi makan bersama dengan keluarga. Banyak jenis makanan dan minuman yang disuguhkan ketika lebaran. Bermacam-macam hidangan nusantara yang disajikan ketika Lebaran, contohnya seperti lontong opor ayam, daging rendang, bakso kuah, kue-kue lebaran, makanan ringan, maupun minuman manis.